Permasalahan lingkungan saat ini semakin kompleks. Sampah plastik yang menumpuk, pengelolaan sampah organik yang belum maksimal, hingga ketergantungan pada pestisida kimia menjadi tantangan yang dihadapi masyarakat. Untuk itu, diperlukan langkah nyata agar perilaku pro-lingkungan dapat tumbuh di tengah masyarakat.
Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) UINSU 2025 di Desa Sihite II, Kecamatan Dolok Sanggul, mahasiswa bersama perangkat desa dan masyarakat berkolaborasi menghadirkan solusi sederhana namun berdampak besar: pembuatan ecobrick, biopori dengan pipa, serta pestisida alami dari daun sirsak.
Ecobrick: Solusi Cerdas untuk Sampah Plastik
Sampah plastik adalah salah satu masalah terbesar lingkungan, karena membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Ecobrick hadir sebagai solusi sederhana untuk mengurangi limbah plastik sekaligus menciptakan produk bernilai guna.
Di Desa Sihite II, mahasiswa KKN berinisiatif mengumpulkan plastik bekas, membersihkannya, lalu memotong kecil-kecil. Potongan tersebut dimasukkan ke dalam botol plastik hingga padat. Hasil ecobrick kemudian dapat disusun menjadi Landmark berbentuk nama desa.tidak hanya landmark, ecobrick dapat di gunakan menjadi kursi, meja, atau hiasan taman.
Selain mengurangi jumlah sampah plastik, kegiatan ini juga menumbuhkan kesadaran warga bahwa sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Biopori dengan Pipa: Ubah Sampah Organik Jadi Pupuk Alami
Selain sampah plastik, sampah organik rumah tangga seperti sisa makanan dan daun kering juga sering menumpuk. Untuk mengatasinya, masyarakat bersama mahasiswa KKN membuat biopori menggunakan pipa paralon (PVC).
Lubang tanah dibor sedalam 80--100 cm, lalu dimasukkan pipa berdiameter 4--6 inci yang dilubangi di sekelilingnya. Pipa ini berfungsi sebagai jalur masuk sampah organik sekaligus menjaga agar lubang tidak runtuh.
Sampah organik seperti kulit buah, sayuran, dan dedaunan kemudian dimasukkan ke dalam pipa. Proses alami mikroorganisme akan menguraikan sampah tersebut menjadi pupuk kompos cair dan padat. Pupuk ini kemudian dimanfaatkan warga untuk menyuburkan tanaman di pekarangan rumah maupun lahan pertanian.
Manfaat yang diperoleh:
Sampah organik berkurang drastis.
Lingkungan lebih bersih dan sehat.
Tanah lebih gembur dan resapan air meningkat, Hasil pupuk alami mendukung pertanian berkelanjutan.
Pestisida Alami dari Daun Sirsak: Pertanian Ramah Lingkungan
Pertanian masyarakat sering mengandalkan pestisida kimia yang justru berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Sebagai alternatif, mahasiswa KKN berinisiatif membuat pestisida alami dari daun sirsak untuk menginspirasi warga.
Prosesnya cukup sederhana: daun sirsak di rebus bersama air, kemudian siapkan bawang putih lalu di belender dan di saring, Setelah itu, campurkan air daun sirsak dan air bawang dan dimasukkan ke dalam botol semprot. Hasilnya adalah pestisida alami yang ampuh mengusir hama tanaman tanpa mencemari tanah.
Kelebihan pestisida daun sirsak:
Ramah lingkungan dan aman digunakan.
Murah karena bahan mudah ditemukan.
Tidak merusak kualitas tanah maupun hasil panen.
Tiga kegiatan sederhana ini menjadi bukti nyata bahwa perilaku pro-lingkungan bisa dimulai dari langkah kecil. Ecobrick mengurangi sampah plastik, biopori pipa mengolah sampah organik menjadi pupuk, dan pestisida daun sirsak menjaga pertanian tetap sehat.
Kegiatan ini semakin bermakna karena melibatkan mahasiswa KKN UINSU,Perangkat Desa, serta masyarakat Desa Sihite II. Kolaborasi tersebut bukan hanya menghasilkan karya, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bersama bahwa menjaga bumi adalah tanggung jawab semua orang.
Melalui gerakan pro-lingkungan ini, Desa Sihite II menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari desa, dari masyarakat, dan dari kebiasaan sehari-hari. Dengan gotong royong, kreativitas, dan kepedulian, bumi yang lebih sehat bukan hanya sekadar cita-cita, tetapi sesuatu yang dapat diwujudkan bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI