Mohon tunggu...
Dimas Brasali
Dimas Brasali Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di jakarta. Pekerja lepas sebagai kontraktor pameran dan penyelenggara acara.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ajakan Seorang Skeptis yang Paranoid, Kepada Para Pendukung Presiden Terpilih

23 Juli 2014   23:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:25 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jakarta, 23 july 2014

Sudah satu hari terlewatkan dari pengumuman KPU bahwa bangsa Indonesia akan memiliki sosok Presiden baru yang akan memimpin bangsa ini di 5 tahun ke depan.Suatu hal yang sangat membanggakan dimana pesta demokrasi di negara ini dapat berjalan dengan baik yang khususnya pada pemilu 2014 ini, bangsa indonesia mendapatkan pendidikan politik yang lebih bewarna dari sebelumnya. Dari proses awal hingga akhir dimana kita sebagai bangsa dipenuhi dengan berbagai macam informasi,positif-negatif, hitam-putih yang mewajibkan kita untuk mengesampingkan emosi dan berpikir sejenak untuk menelaah apa yang tepat menjadi pilihan kita.

Saya seorang pemilih yang telah ikut pesta demokarasi di negara ini sejak saya mendapatkan kartu tanda penduduk 18 tahun yang lalu. Setiap pemilu dari pilkada sampai dengan pilpres saya ikut memilih walaupun khususnya untuk pilleg seringkali saya tidak tahu apa yang saya pilih hingga di bilik pencobolosan.

Kilas balik pada pilpres di awal masa reformasi, saya memutuskan memilih "ibu" dari capres 2014 no 2, seorang sosok dari aristrokasi politik Indonesia . Namun sayangnya takdir memutuskan berbeda, melalui individu-individu yang menganggap dirinya wakil rakyat, "ibu" ini diganjal. Munculah sosok lain, yang tidak saya pilih, sosok aristrokasi agama  yang memiliki kekurangan fisik, Namun dengan berjalannya waktu sosok ini malah menjadi sosok presiden yang sangat saya kagumi hingga saat ini dan sangat menyayangkan beliau tidak dapat menyaksikan dan berkomentar di pesta demokrasi 2014 ini. Sosok yang saya kagumi ini hanya dapat bertahan 2 tahun akibat pergolakan "wakil-wakil rakyat" yang akhirnya menaikkan sosok ibu yang saya pilih. Saat itu saya ikut senang......namun kesenangan tersebut tidak berlangsung lama.

Menurut saya, berhasil atau gagal dalam memimpin adalah relative, tiap individu memiliki perbedaan dalam memandang kedua hal tersebut. Untuk saya ,keberhasilan seorang pemimpin adalah dimana seorang pemimpin dapat memberikan keputusan, mengeluarkan kebijaksanaan diatas kepentingan golongan, kebijaksanaan yang menurutnya terbaik untuk rakyatnya walaupun kebijaksaan tersebut tidak popular.Dimana seorang pemimpin siap menerima konsekuensi akibat keputusannya dimana dia dihujat dan disalahkan  tanpa akhirnya dendam ataupun curhat colongan di media massa.

Selama 13 tahun ini, saya belum mendapatkan kembali pemimpin bangsa yang saya kagumi. Sosok yang berhasil memberikan pergolakan pada masa kepemimpinannya, namun dipuja dengan berjalannya waktu. "Ibu" capres no 2 dan "mantan atasan" capres no 1 , merupakan 2 figur yang saya pilih di masa itu, malah saya ikut menyetujui "mantan atasan" untuk lanjutkan kepemimpinan di periode keduanya. Dengan pilihan saya tersebut , saya mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga yang mempengaruhi keputusan saya dalam memilih capres 2014.Setelah 13 tahun, saya mengalami proses dimana saya berharap, berharap lagi , lalu marah, lalu menyesal dan akhirnya saya pasrah dan belajar menerima. Dan dimasa menerima ini saya memutuskan untuk memilih Prabowo Subianto sebagai pilihan presiden saya.

Saya memilih beliau dengan pemikiran yang berlawanan dengan ungkapan  Anis Baswedan, bahwa memilih capres yang diusungnya tidak ada beban masa lalu sedangkan Saya memilih Prabowo agar supaya saya tidak memiliki beban di masa mendatang.

Latar belakang Prabowo yang berasal dari aristrokasi ekonomi dan militer, nenek moyang dari prabowo adalah salah satu pendamping pangeran Dipenogoro, sedangkan kakek dan ayah beliau adalah begawan ekonomi indonesia, beliau sendiri pernah menjabat  Jendral kopasus ,jadi  merupakan hal yang wajar apabila beliau bisa berhasil memimpin bangsa ini .Dan suatu hal yang wajar pula, akibat koalisi yg gemuk beserta janji-janjinya, beliau jadi terpuruk dan terbelenggu yang berakhir seperti 2 presiden sebelumnya. Paling tidak situasi akan tetap sama tanpa ada perubahan, dan sayapun tetap tenang tanpa ada penyesalan dalam diri karena sudah terdidik selama 13 tahun.

Memang saya mencari aman, tapi saya mengakui dalam diri ini ada kemauan untuk memilih sosok dari "kita", joko widodo. Saya memiliki keyakinan bahwa beliau akan melakukan perubahan pada negara ini, mungkin tak banyak perubahan yang bisa dilakukan, namun perubahan yang  bisa menjadi legacy untuk masa depan. Perubahan yang dilakukan oleh salah satu dari "kita" untuk kita, yang akan memberikan harapan-harapan baru bahwa tidak hanya orang-orang dari keturunan atau golongan tertentu dapat memimpin bangsa ini.

Namun semua itu tertutupi dengan kekhawatiran apabila joko widodo tidak berhasil di masa mendatang. Secara individu  saya tidak mau kembali menyesal karena memilih beliau setelah saya sudah berhasil menterapi diri saya selama 13 tahun. Secara luas akan muncul kekecewaan yang mendalam bagi bangsa,yang dapat memunculkan sikap skeptis akan calon-calon pemimpin dari "kita" di masa mendatang sehingga sulit untuk maju menjadi pemimpin. Contoh yang paling mudah terlihat adalah Presiden Amerika saat ini, kita lihat pada awalnya bagaimana harapan yang begitu besar dari suatu bangsa maupun dunia pada seorang pribadi ,namun pada saat ini yang terdengar hanya kekecewaan dan penyesalan.

Maksud dari opini saya ini adalah mengajak anda para pemilih joko widodo untuk sementara mengesampingkan kebutaaan akibat suatu harapan dan mulai bertanya dalam diri, apakah saya nanti akan tetap ada mendukung beliau dengan segala keputusan yang tidak populer ,seperti kenaikan bbm ? atau apakah saya tetap mendukung walau beliau seperti presiden-presiden sebelumnya, diam saja cuma curhat? .Tentukan sikap  dan terus berpegang pada komitment untuk mendukung pilihan anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun