Mohon tunggu...
Dimas Putu Atmaja
Dimas Putu Atmaja Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Jogja 2014

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpin Menurut Lagu Gundhul-gundul Pacul

27 September 2014   16:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:17 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gundhul-gundul pacul cul gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul kul petentengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpangsegane dadi sak latar

Jika mendengar lirik lagu diatas, tentunya sudah tidak asing lagi ditelinga kita khususnya bagi masyarakat yang berlatar belakang Jawa. Lagu ini memiliki lirik dan irama yang sederhana  dan mudah dihafalkan. Namun dibalik kesederhanaan dan nilai estetika yang ada, banyak dari kita yang belum mengerti atau memahami makna dan isi dari lagu tersebut. Lagu tersebut bukan hanya memuat mengenai hiburan semata, tetapi lagu ini berisi tentang bagaimana seorang pemimpin bertindak.

Oke kita langsung kupas liriknya satu per satu:

Gundhul-gundul pacul cul gembelengan

Pada lirik ini, terdapat beberapa aspek yang dapat kita telaah makna per katanya. Gundhul bermakna kepala yang tidak memiliki rambut. Pada sebagian besar masyarakat, kepala dianggap sebagai bagian tubuh yang terhormatdan sebagai penghias kepala adalah rambut. Jadi gundhul disini bermakna kehormatan tanpa mahkota atau hiasan. Mahkota dalam hal ini juga bisa dimaknai wibawa atau kepercayaan. Pacul merupakan alat yang digunakan oleh para petani. Jadi pacul disini mempunyai arti rakyat atau golongan bawah. Selain itu berdasarkan fungsinya pacul adalah alat untuk mengolah tanah supaya bisa dimanfaatkan. dari fungsi tersebut, pacul bermakna kesejahteraan untuk rakyat. Namun bagi sebagian orang Jawa, pacul merupakan akronim dari papat kang ucul. Papat disini maksudnya adalah:


  • Mata yang digunakan untuk melihat kesulitan rakyat
  • Telinga digunakan untuk mendengar nasehat atau aspirasi dari rakyat
  • Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan
  • Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.


Jadi ketika seseorang sudah lepas dari papat tersebut maka hilanglah kehormatannya. Kata ketiga adalah gembelengan. Gembelengan bermakna sombong atau tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan aktivitasnnya. Jadi gundhul-gundul pacul cul gembelengan mempunyai arti sebagai seorang pemimpin harus bisa mengemban amanah rakyat agar rakyat bisa sejahtera dan terhindar dari kemiskinan, namun sebaliknya pemimpin disini malah tidak serius atau semaunya sendiri (gembelengan).

Nyunggi-nyunggi wakul kul petentengan

Nyunggi mempunyai makna membawa sesuatu di atas kepala, sedangkan wakul bermakana tempat untuk menaruh nasi. Di sini wakul melambangkan amanah. Dan petentengan bermakana hampir sama dengan gembelengan. Kata tesebut mempunyai makana tentang kesombongan atau ketidak seriusan. Jadi nyunggi-nyunggi wakul kul petentengan bermakna  seorang pemimpin seharusnya membawa amanah dari rakyat (wakul) namun sebaliknya, lagi-lagi disini pemimpin bertingkah semaunya sendiri.

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Seperti lirik sebelumnya, wakul disini berarti amanah. Ngglimpang berarti jatuh karena tidak seimbang. Dan segane dadi sak latar artinya nasinya menjadi satu halaman. Jadi wakul ngglimpang segane dadi sak latar bermakna amanah yang diembanseseorang tidak tepat sasaran, sehingga banyak terjadi kesenjangan (mubazir) dan akhirnya gagal lah ia menjadi seorang pemimpin.

Jadi lagu atau tembang dolanan gundhul-gundhul pacul tersebut jika kita bahas lebih rinci maka akan dapat kita dapat pesan yang terkandung dalam lagu tersebut. Seorang pemimpin harusnya bisa mengemban suatu amanah untuk bisa mensejahterakan rakyatnya. Jika hal ini tidak dapat dilaksanakan maka seorang pemimpin hanyalah simbol saja tanpa kehormatan. Selain itu jika seorang pemimpin merasa dia sudah berada di atas dan bekerja semaunya sendiri maka amanah untuk mensejahterakan rakyat akan hilang. Dan pada akhirnya kesejahteraan tidaka merata, banyak hal yang sia-sia. Akhirnya seorang pemimpin akan gagal menjalankan tugasnya menjadi seorang pemimpin yang benar dan amanah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun