Pertengahan September 2024 lalu saya mengalami salah satu pertemuan paling berkesan dengan orang asing.
Beliau adalah Dr. Riyadh Ahmad Dyab. Berasal dari Syam, tepatnya Damaskus, ibu kota Syria. Salah satu juri Hafidz Indonesia. Sahabat Syaikh Ali Jaber rahimahullah. Pengajar bahasa arab di Kampung Maghfirah Bogor. Sudah 5 tahun di Indonesia. Sebelumnya puluhan tahun berkarir di Madinah.
Karena terpisah tempat duduk dari rombongan dinas, awalnya saya tidak tertarik berinteraksi dengan penumpang sebelah kiri dan kanan. Perjalanan Surabaya-Jakarta, yang setelahnya akan lanjut ke Lampung, saya mulai dengan pasang headset ke "seatback TV", siap menonton "Mencuri Raden Saleh".
Menjelang take-off, pria berbadan tinggi besar dan harum yang duduk di kursi lorong sebelah kiri, sempat salah mengambil gesper sabuk pengaman saya. Saat tersenyum dan mengucapkan "sorry" dengan logat asing, saya yakin beliau bukan orang Indonesia, reflek saya pun menjawab "no problem". Film lanjut saya tonton.
Lewat separuh film, beliau menawarkan biskuit yang dibeli in-flight bersama secangkir kopi susu. Tidak hanya saya, bahkan penumpang dekat jendela di sebelah kanan saya pun ditawarinya. Obrolan kami bermula saat itu.
Sosok yang sangat ramah, humoris, dengan pelafalan bahasa Indonesia yang cukup lancar, dengan sisipan diksi English untuk menggantikan kosakata bahasa indonesia yang belum familiar baginya.
Obrolan makin menarik saat membahas hal yang familiar. Ternyata beliau baru saja berkunjung ke STDI Imam Syafii Jember, institusi pendidikan Islam yang cukup populer, dengan Ust Arifin Badri sosok di baliknya sekaligus pembina Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI). Yang mana sya pernah mengikuti salah satu kajian Ust. Arifin semasa kuliah, dan pernah mengoleksi beberapa edisi majalah KPMI.
Syaikh Riyadh mengajar setidaknya seribu murid, dengan beragam latar belakang mazhab Islam, mulai NU, Muhammadyah, Salafi dan lainnya. Kunjungan dinasnya juga tidak main-main, kota-kota utama di sepanjang Sumatera, Jawa dan indonesia bagian barat sudah pernah dikunjunginya.
Saya sempat bertanya, apa yang disukai dari Indonesia. Beliau menjawab dengan bercanda, "orang Indonesia mencintai orang arab, setiap bertemu saya sering dipanggil habib".
Beliau berpesan kepada saya supaya menjaga kerukunan, walaupun berbeda, Islam harus tetap bersatu. Tidak hanya itu, beliau menghimbau terciptanya kerukunan antar umat beragama. Indonesia saat ini merupakan potret yang ideal. Konflik antar kelompok islam di Syria, kampung halamannya, bukan teladan yang baik untuk umat Islam Indonesia.