Pagi ini, saat saya berolahraga jalan kaki di kawasan Pancoran Jakarta Selatan, saya melewati Lapangan Aldiron AURI.Â
Pemandangan yang saya temui membuat hati mengernyit: sisa-sisa keramaian acara masih berserakan di mana-mana.Â
Botol plastik, kemasan makanan, bahkan serpihan kardus menghiasi sudut-sudut yang seharusnya menjadi ruang publik yang nyaman.Â
Sampah-sampah ini berbicara lebih keras dari yang kita duga, menandakan kurangnya kesadaran bersama mengenai pentingnya menjaga kebersihan.
Sekadar informasi, pada Sabtu, (26/04/2025), Lapangan TNI AU Pancoran telah menjadi tempat acara The 15th Music Gallery, yang menampilkan artis ternama seperti Maliq & D'Essentials, Sal Priadi, Reality Club, MORFEM, dan masih banyak lagi.Â
Keramaian yang ditunggu banyak orang, pasti memberikan kesenangan, tetapi seharusnya setelah acara selesai, kita lebih memperhatikan bagaimana seharusnya meninggalkan tempat tersebut dengan sangat baik.Â
Mengapa sampah sering kali menjadi masalah pasca-keramaian, dan apa yang harus kita lakukan agar kesadaran akan kebersihan ini lebih terpupuk?
Upaya Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta
Pemerintah DKI Jakarta telah melaksanakan berbagai program untuk menangani masalah sampah. Misalnya, mereka telah mengembangkan bank sampah di tingkat RW, serta Jakarta Recycle Center yang terletak di Pesanggrahan, Jakarta Selatan.Â
Di samping itu, fasilitas TPS3R yang mengintegrasikan pengelolaan sampah mandiri di sektor komersial, seperti hotel dan restoran, juga sudah mulai berjalan.Â
Dan juga, DKI Jakarta memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang dapat mengurangi ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA), seperti yang ada di Bantargebang.
Namun, walaupun sudah ada banyak upaya, masalah besar masih tetap ada: volume sampah yang begitu besar setiap harinya.Â
Menurut Greenpeace Indonesia, pengelolaan sampah yang masih tidak sepenuhnya terkelola dengan baik, serta masyarakat yang belum terbiasa memilah sampah dengan benar, menjadi penyebab utama ketidakefektifan program pengelolaan sampah tersebut.Â
Sampah rumah tangga dan sampah acara besar seperti festival dan konser yang tidak terkelola dengan baik seringkali berakhir di TPA atau bahkan mencemari lingkungan.
Singapura: Menjadikan Sampah Sumber Daya
Berbeda dengan Indonesia, Singapura telah memanfaatkan teknologi untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.Â
Di sana, sampah yang dikumpulkan dibakar di insinerator dengan suhu tinggi, yang menghasilkan energi listrik.Â
Hasil pembakaran yang mengurangi volume sampah hingga 90% tersebut dipergunakan untuk berbagai kepentingan, salah satunya adalah pembangunan infrastruktur.Â
Sisa dari pembakaran sampah digunakan untuk pembangunan jalan dan gedung-gedung, mengubah limbah menjadi sumber daya yang berguna bagi masyarakat.
Singapura juga memiliki kebijakan yang tegas dalam pengelolaan sampah. Misalnya, setiap penduduk diwajibkan untuk memilah sampah mereka sejak dari rumah.Â
Selain itu, kebijakan pembatasan plastik sekali pakai dan promosi penggunaan bahan ramah lingkungan menjadi langkah yang efektif dalam mengurangi jumlah sampah yang beredar.Â
Dengan pendekatan yang sistematis dan kesadaran masyarakat yang tinggi, Singapura dapat menjadikan sampah sebagai peluang ekonomi, bukan masalah.
Kapan Kesadaran Kolektif Kita Tumbuh?
Pagi ini di Lapangan Aldiron, sampah-sampah itu berbicara tanpa kata. Sebagai masyarakat, kita mungkin seringkali mengabaikan pentingnya menjaga kebersihan setelah kita menikmati sebuah acara atau festival.Â
Pada kenyataannya, tantangan terbesar bukanlah pada teknologi pengelolaan sampah itu sendiri, melainkan pada mentalitas kita yang harus lebih peduli terhadap lingkungan.Â
Sampah yang berserakan tidak hanya mencerminkan kekurangan fasilitas, tetapi juga menunjukkan kurangnya kesadaran kolektif kita terhadap pentingnya menjaga kebersihan ruang publik.
Mari kita mulai langkah kecil untuk menjaga kebersihan bersama. Memilah sampah sejak awal, membawa kantong sampah sendiri, dan mengajak orang-orang di sekitar kita untuk lebih peduli terhadap kebersihan.Â
Sebuah acara yang hebat seharusnya tidak hanya diukur dari keramaian dan kesenangannya, tetapi juga dari seberapa besar dampak positif yang ditinggalkan untuk lingkungan. Apa yang bisa kita lakukan mulai hari ini untuk mengurangi sampah setelah acara?
"Yuk, mulai dengan langkah kecil untuk lingkungan yang lebih baik!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya