Mohon tunggu...
dimas ardianto unsia
dimas ardianto unsia Mohon Tunggu... Seniman - mahasiswa

Dimas ardianto_Mahasiswa Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Social Capital

26 Juli 2021   22:38 Diperbarui: 26 Juli 2021   23:02 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Social capital merupakan filter yang harus dilewati dimana aliran sumber daya manusia dan modal keuangan dari orang tua dan masyarakat kepada anak, yang menghasilkan tingkat pendidikan lebih baik. Jika modal sosial rendah akan membawa pada konflik nilai-nilai dan rendahnya kepercayaan. Artinya pentingnya peningkatan partisipasi hubungan sosial di negara atau daerah transisi untuk menghasilkan sumber daya manusia untuk mencapai pembangunan lebih baik. Paper ini menjelaskan pemahaman tentang profil sosial kapital yang harus dimiliki oleh manusia untuk mengembangkan potensi yang dimilkinya dalam berinteraksi dengan masyarakat, lingkungan dan perusahaan.

Teori social capital pertama kali didiskusikan pada tahun 1916. Social capital yang komtemporer ditawarkan pertama kali oleh Bourdie yang mengatakan social capital merupakan keseluruhan sumber konsep aktual atau potensial, yang dihubungkan dengan kepemilikan dari suatu jaringan yang tahan lama atau lebih kurang hubungan timbal balik antar institusi yang dikenalnya. Dari berbagai poin bisnis yang penting, social capital sama dengan, sumber informasi. Gagasan, kesempatan bisnis, modal keuangan, power,dukungan emosional, goodwill, kepercayaan dan kerjasama yang disediakan oleh individu dan jaringan kerja bisnis. Cohen dan Prusak mendefinisikan bahwa social capital meupakan suatu kesedian melakukan hubungan aktif antara sesorang meliputi: kepercayaan, kerjasama yang saling menguntungkan, berbagi nilai dan perilaku yang mengikat setiap anggota jaringan dan kemasyarakatan juga kemungkinan membuat kerjasama

Selanjutnya konsep social capital digunakan berbeda oleh para ahli sosiologi, politisi, dan ahli ekonomi. Putnam yang menganalisis fokus jaringan kerja social horizontal yang dihubungkan dengan pengaruh pada kinerja ekonomi. Coleman mendefinisikan social capital lebih luas dengan konsep vertikal, institusi hirarki terhadap kemungkinan dampak terhadap kinerja negatif dan positif bagi perusahaan. North dan Olson mendefinisikan yang mencakup perspektif, peran formal dalam institusi, seperti sistem pengadilan, peraturan hukum dan kebebasan berpolitik dan pembentukan pengembangan lingkungan sosial politik.

Akdere membagikan social capital mikro level dan makro level. Pada tingkat social capital mikro level, sosial kapital sipil berkaitan dengan nilai-nilai, kepercayaan, atitud, perilaku dari norma-norma. Saat ini sosial kapital sipil dibagi dalam tiga dimensi dasar, yaitu; ikatan (bonds), jembatan (bridges), dan hubungan (lingkages). Ikatan (Bonds) yang mengambarkan hubungan kekerabatan keluarga dekat, teman dekat, dan kolega profesional yang membantunya. Jembatan (bridges) menggambarkan hubungan yang agak jauh agar mengapainya. Sedangkan hubungan (lingkages) digambarkan sebagai dimensi vertikal sosial kapital dimana adanya pihak yang tidak termasuk dalam kekuasaan. Pada tingkat makro level sosial kapital pemerintah melekat pada rule of law, penegakan kontrak, dan bebas koropsi serta transparansi dalam mengambil keputusan, sistem administrasi yang efisien, sistem hukum yang dapt diandalkan. Singkatnya negara lebih mampu dan kredibel. Jadi masalah sosial kapital sangat multi dimensional.

Pemahaman tentang social capital ini diharapkan akan meningkatkan kinerja suatu organisasi dan pendapatan lebih baik. Di sisi bisnis melalui sosial capital akan membangun dan mendorong karyawan lebih menarik berbisnis, dan dapat mengeksplorasi kesempatan dan kemungkinan terbaik didapatkan jarinngan kerja melalui social capital. Menurut World Bank dari perspektif pengembangan dan keuangan, mendefinisikan social capital sebagai institusi adalah hubungan baik, kuantitas dan kualitas dari norma dari interaksi yang memungkinkan seseorang mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Putnam mengatakan para sosiolog mendefinisikan social capital sebagai fitur dari organisasi sosial seperti jaringan kerja, kepercayaan sosial yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk mendapatkan benefit. Sedangkan Coleman menyebutkan Social capital dihasilkan sebagai produk sampingan dari hasil hubungan yang telah ada, atau sebagai produk dari hasil hubungan interaksi sosial yang diciptakan dengan pertemuan tujuan-tujuan khusus.

Menurut Akdere, membuat dalam tiga bentuk social capital, yaitu macro level, meso level dan micro level. Berikut Gambar 1 model representatif interaksi dan hubungan social capital. Social Capital Macro Level Social capital pada makro level merupakan langkah dimana social capital dimanfaatkan pada cakupan yang lebih luas. Pada tingkatan ini penggunaan social capital meliputi, seperti pemerintah, penegakan kepastian hukum sipil, kebebasan berpolitik, berdampak pada pencapaian ekonomi suatu negara, penentuan suatu fungsi pemerintah, dan tipe pengembangan ekonomi sektor publik. Berkaitan dengan sektor publik keterlibatan pemerintah yang bersifat membangun pembangunan dibawah ketidakseimbangan antara ikatan social capital ekternal dan keterpaduan internal sangat diperlukan.

Pada tingkatan makro level, sosial capital dihadapkan pada efektifitas pemerintah, akuntabilitas, dan kemampuan untuk menyelenggarakan penegakan hukum secara adil, pertumbuhan ekonomi dalam kaitan untuk memungkinkan pengembangan atau melumpuhkan produk pasar domestik, serta memberi harapan atau menakut-nakuti investasi asing. Dalam organisasi, tingkatan makro social capital berhadapan dengan keseluruhan stabilitas lingkungan dan kesuksesan yang dicapai terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Social capital pada meso level digambarkan sebagai suatu perspektif struktural dimana jaringan social capital terstruktur dan sumber daya mengalir sepanjang jaringan kerja. Analisa social capital ini adalah pada proses pengembangan struktur jaringan dan distribusi.

Di samping itu pada bagian keikutsertaan dan identitas sosial, organisasi, penarikan dan pengeluaran orang-orang dari luar lingkaran organisasi, seperti asosiasi lokal yang merupakan dari penjelmaan dari social capital meso level ini. Sebuah organisasi, tingkat meso level ini melibatkan sifat alami dari team work apakah homogen atau heterogen dan jangka waktu team work. Secara keseluruhan social capital meso level berhubungan dengan pengembangan dan pertumbuhan organisasi lokal atau dalam organisasi itu sendiri.

Social Capital Micro Level Pada tingkatan social capital micro level ini menekankan kemampuan individu untuk mengerahkan sumber daya melalui institusi jaringan lokal seperti organisasi sosial kemasyarakatan yang didasarkan pada kekeluargaan. Banyak ahli menekankan mikro level pada sebuah organisasi berhubungan dengan pengenalan, kooperasi dan kerjasama, kesetiakawanan, kesetian, reputasi dan akses informasi yang informatif.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa social capital merupakan faktor penting bagi prestasi pendidikan seorang anak. Dalam dunia kerja, menurut Coleman generasi human capital sangat tergantung pada modal finansial, human capital dan sosial kapital para orang tua, hubungan antara orang tua dan anak akan memberikan akses human kapital dan sosial kapital dari orang tua. Komunitas human kapital juga akan membantu menghasilkan human kapital dengan menyediakan sumber daya dasar anak dimana masyarakat mendorong prestasi pendidikan bagi anak-anak.

Israel dan Beaulieu yang melakukan penelitian tentang peran sosial kapital untuk mempromosikan prestasi pendidikan anak Sekolah Menengah Atas di Amerika menemukan bahwa hubungan keluarga, human kapital dan modal finansial semuanya berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan drop out siswa. Menurut Part hal tersebut terjadi karena hubungan positif tersebut memberikan informasi pekerjaan dan sekolah kepada orang tua dan anak. Pengaruh positif lain adalah anak-anak dapat mengembangkan keterampilan lebih baik dari yang diterima dari orang tua mereka. Pengaruh negatif dapat terjadi jika orang tua kurang menyediakan waktu untuk sosialisasi bagi anak. Jadi, kurangnya perhatian sosial kapital orang tua akan mengurangi kinerja pendidikan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun