Mohon tunggu...
Andika Saputra
Andika Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Semua Tempat Adalah Sekolah Semua Orang Adalah Guru

Perihal Rasa Tidak Usah Terlalu Berkeluh Kesah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Esensi Manusia dalam Relasi Pikiran, Kehendak, dan Perasaan

5 Juni 2020   09:03 Diperbarui: 5 Juni 2020   11:48 3244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang yang memiliki tanggung jawab terhadap sesama manusia sehingga memberikan efek terhadap manusia lain, pengertian-pengeritian semacam sudah sering kita perdengarkan sewaktu Sekolah Dasar (SD), ataupun Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Dari hal tersebut sejak dini kita selalu di ajarkan untuk selalu hidup dalam bergotong royong, saling membantu, memberikan manfaat terhadap manusia lain dan menjadikan apa yang kita lakukan tidak merugikan orang lain, karena sesungguhnya di dalam alam bahwa sadar manusia sendiri adalah suci sedari dahulunya dan karena hanya lingkungan serta hasyrat yang semakin tak terkendali terkadang membuat manusia keluar dari ensensi dari pengertian manusia itu sendiri.  Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berelasi dengan subyek maupun obyek di luar dirinya dalam tiga kemungkinan modus, yaitu dengan pikiran(akal), dengan kehendak(nafsu)  ataupun dengan perasaan(hati).

 Saat berelasi dengan dengan pikiran akan memunculkan sebuah pengetahuan atau pemahaman, saaat berelasi dengan nafsu, apa yang dihasilkan ialah keinginan, saat berelasi dengan perasaan yang dihasilkan ialah nilai rasa. Sebuah obyek yang sama, jika cara kita meresponnya dengan cara yang berbeda akan menghasilkan kondisi subyektif maupun situasi relasi yang berbeda. Bagi yang berelasi dengan pikiran, batu emas bisa jadi terlihat sebagai sumber pengetahuan yang berharga mengenai proses fisika kimia dari suatu daerah.  Tujuannya ialah berkembangnya ilmu pengetahuan.

Bagi yang berelasi dengan keinginan, batu emas adalah sesuatu yang harus dimiliki dan dikuasai. Tujuannya untuk kepemilikan.  Bagi yang berelasi dengan perasaan, batu emas adalah sebuah keindahan dengan kilauan warna yang dimilikinya. Tujuannya ialah berkembangnya keagungan rasa. Tiga relasi ini sesuatu tanpa kita sadari sudah kita miliki sejak kita terlahir di dunia dan tanpa kita mintak pada sang pencipta dia sudah ada dan menjadi pertanyaannya apakah manusia mampu atau tanpa sedar bisakah dia mengendalikan tiga hal tersebut? 

Ketika manusia mendengar musik tanpa di sadari atau tidak manusia larut dalam alunan musik itu sendiri entah itu perasaan sedih ataupun senang terhadap yang di dengarkan,

Ketika keinginan lebih besar dan mengendalikan pemikiran sehingga meninggal hasyrat yang di sebut ego, terkadanng sesuatu yang diluar kendali yang membuat manusia keluar dari esensi manusia itu sendiri membuat dia lupa arti manusia sebenarnya. Maka dari tiga esensi itu munculah sebuah agama untuk membalut semua itu menjadi kesatuan dalam mengatur tiga hal tersebut. Agama bukan hanya sekedar berbicara masalah identitas, surga neraka, dosa, ataupun kerohanian.  

Karena pengertian agama mencakup seluruh kehidupan alam semesta  ini dalam mengatur seluruh aktivitas yang di lakukan baik bersifat materi maupun moral. Sedangakan menurut Ludwig Feurbach agama adalah kesadaran manusia akan esensinya sendiri, bukan dalam artian yang terbatas, namun dalam esensinya yang tak terbatas. Dalam berbagai macam pengertian kita semua memiliki kepentingan masing-masing untuk mengartikannya esensi agama itu sendiri. 

 Kembali lagi ke esensi manusia sebelumnya setiap individu manusia dalam akal budi, kehendak, dan perasaan memiliki panggilan hidupnya masing-masing dan untuk itu, dia dianugrahi dengan kualitas-kualitas yang berbeda yang dibutuhkan untuk memenuhi panggilan hidupnya tersebut. 

Ada yang terlahir sebagai penulis, penyanyi, menghibur hati manusia dan sebagainya. Dari panggilan hidup yang berbeda maka obyek-obyek mereka gauli juga berbeda-beda dan potensi lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran dalam melahirkan sebuah identitas dari sebuah bakat. Nilai setiap benda tidak sama untuk setiap bakat dan panggilan hidup.  Mengenali diri sendiri tidak bisa dilakukan secara abstrak, namun dengan menemukan hal-hal apa yang kita gauli akan menimbulkan rasa bahagia beraktivitas, menemukan makna hidup, memahami untuk apa kita terlahir ke muka bumi ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun