Mohon tunggu...
made didi kurniawan
made didi kurniawan Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis Lepas

Penelitian 🕵️dan Penulis Lepas Artikel Ilmiah dan Populer ✍️

Selanjutnya

Tutup

Politik

Juruselamat Jadi Perusak: Tarif AS Hancurkan Sistem Buatannya Sendiri!

8 April 2025   09:46 Diperbarui: 8 April 2025   09:46 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gelombang tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir telah mengirimkan kejutan ke seluruh lanskap ekonomi global. Tindakan proteksionis ini, yang awalnya dijanjikan sebagai alat untuk melindungi industri domestik dan menyeimbangkan neraca perdagangan, justru berbalik menghantam fondasi sistem perdagangan multilateral yang dulunya didukung kuat oleh AS sendiri. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang lahir dari gagasan liberalisasi ekonomi dan pasar bebas pasca Perang Dunia II dengan AS sebagai salah satu arsitek utamanya, kini terancam kehilangan relevansinya di tengah arus proteksionisme yang semakin deras. Ketegangan ekonomi yang meningkat ini bukan lagi sekadar persaingan dagang biasa, melainkan berpotensi menyeret dunia ke dalam jurang ketidakstabilan yang lebih dalam.

Menggerogoti Pilar WTO: Pengkhianatan Janji Pasar Bebas

Langkah AS memberlakukan tarif secara sepihak, terutama terhadap mitra dagang utama seperti Tiongkok, jelas melanggar prinsip-prinsip fundamental WTO. Prinsip Most-Favored Nation (MFN) yang seharusnya menjamin perlakuan setara bagi semua anggota, serta komitmen tarif yang telah disepakati bersama, diabaikan demi kepentingan nasional jangka pendek. Menurut laporan dari Brookings Institution, kebijakan tarif AS telah menciptakan preseden berbahaya yang memungkinkan negara lain untuk mengambil tindakan proteksionis serupa tanpa takut akan konsekuensi dari mekanisme penyelesaian sengketa WTO. Lebih lanjut, dilansir dari artikel di The Economist, tindakan ini secara efektif melumpuhkan fungsi WTO sebagai penjaga aturan perdagangan global dan forum negosiasi yang kredibel. Sistem yang awalnya dirancang untuk memfasilitasi perdagangan bebas dan mengurangi hambatan, kini justru menjadi saksi bisu erosi prinsip-prinsip dasarnya akibat kebijakan negara yang dulu menjadi champion-nya.

Efek Domino: Ketegangan Ekonomi Global yang Semakin Mencekam

Kebijakan tarif AS tidak hanya merusak tatanan perdagangan multilateral, tetapi juga memicu serangkaian reaksi berantai yang memperdalam ketegangan ekonomi global. Negara-negara yang menjadi target tarif AS membalas dengan tarif mereka sendiri, menciptakan siklus tit-for-tat yang merugikan semua pihak. Analisis dari Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa perang dagang yang berkepanjangan dapat memangkas pertumbuhan ekonomi global secara signifikan dan mengganggu rantai pasok internasional. Ketidakpastian yang diciptakan oleh kebijakan perdagangan yang berubah-ubah juga menghambat investasi dan memperlambat pemulihan ekonomi pasca pandemi. Lebih jauh lagi, seperti yang diungkapkan oleh para ahli di Council on Foreign Relations, persaingan ekonomi yang intens dapat memperburuk hubungan politik antar negara, meningkatkan risiko konflik geopolitik, dan menciptakan polarisasi global yang berbahaya.

Ancaman Perang Dunia III: Skenario Gelap di Ujung Tanduk?

Meskipun menghubungkan langsung kebijakan tarif dengan potensi Perang Dunia III mungkin terdengar ekstrem, eskalasi ketegangan ekonomi yang tidak terkendali memiliki potensi untuk menciptakan kondisi yang tidak stabil secara global. Krisis ekonomi yang mendalam dapat memicu gejolak sosial dan politik di berbagai negara, memperburuk sentimen nasionalistik, dan meningkatkan risiko konfrontasi antar negara. Sejarah mencatat, depresi ekonomi besar di masa lalu seringkali menjadi katalisator bagi konflik internasional. Menurut studi dari beberapa think tank internasional seperti Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), peningkatan belanja militer dan rivalitas antar kekuatan besar yang dipicu oleh persaingan ekonomi dapat meningkatkan risiko terjadinya konflik berskala besar. Meskipun skenario ini adalah yang terburuk, implikasi jangka panjang dari erosi sistem perdagangan multilateral dan meningkatnya proteksionisme terhadap perdamaian dan stabilitas global tidak boleh diabaikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun