Mohon tunggu...
Didik Djunaedi
Didik Djunaedi Mohon Tunggu... Editor - Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Editor, penulis, dan penikmat hiburan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

MacBook Air dan iPad: Trendsetter Dunia Komputer

15 Agustus 2011   01:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:47 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="635" caption="MacBook Air & iPad (Sumber: techcrunch)"][/caption] Komputer tablet sejatinya bukan barang baru ketika iPad keluar dari sarang Apple Inc. di Cupertino. Saat itu beberapa vendor komputer  telah mempunyai produk tablet tetapi sepertinya mereka tidak terlalu mengurusi sektor ini, hanya sebagai produk sampingan. Begitu Apple memunculkan gagasan tablet dengan OS yang powerful dan koleksi aplikasi yang banyak, komputer tablet menemukan bentuknya sendiri dan menjadi kategori baru dalam industri teknologi. Ketika penjualan iPad melaju kencang, baru vendor-vendor lain beramai-ramai ingin membunuh dengan produk mereka masing-masing tapi kelihatannya sudah terlambat. Ketidakberhasilan komputer tablet lain yang umumnya berplatform Android disebabkan beberapa hal. Selain sebagai pengekor, tablet Android masih lemah dalam hal koleksi aplikasi seperti yang dinyatakan Sandjay Jha, CEO Motorola Mobility dan diamini oleh CEO NVIDIA, Jen-Hsun Huang seperti dikutip oleh CNET baru-baru ini. Jen-Hsun juga menambahkan beberapa poin kelemahan penjualan tablet Android, di antaranya masalah tempat penjualan (point of sales), keahlian dalam menjual (expertise at retail), masalah pemasaran ke konsumen (marketing to consumers)dan harga (price point). Harus diakui bahwa Apple mempunyai keahlian menyampaikan pesan ke konsumen dengan sangat baik terhadap produknya dibandingkan perusahaan lain, ditambah Apple telah mempunyai pasar yang dedicated. Dalam hal harga iPad mampu bersaing, sementara produk-produk tablet lain yang setara iPad umumnya justru mematok harga lebih tinggi atau sama. Kasus terakhir Motorola Xoom yang digadang-gadang akan "membunuh" iPad tapi harganya lebih tinggi dari iPad. Demikian juga dengan Samsung Galaxy Tab berukuran layar kecil juga mematok harga lebih tinggi dibandingkan iPad Wifi 16GB yang setara. Mereka semuanya akhirnya hanya menjadi pengikut yang tertinggal sangat jauh dari iPad. Setelah keberhasilan Apple membentuk pasar komputer tablet menggeliat kembali dengan iPad, Apple Inc. dalam waktu dekat sepertinya akan menjadi trendsetter kembali dengan laptop tipisnya, Macbook Air. Laptop tipis sejatinya bukan barang baru juga bila kita menengok ke belakang. Bukan Apple yang memulai tetapi Sony pada tahun 2003 dengan X505 yang sangat tipis kala itu. Kembali lagi saat itu Sony tidak fokus dalam pengembangan produknya. Laptop tipis Sony ini dibandrol sangat mahal saat itu dan memiliki kekurangan baterenya tidak tahan lama dan akhirnya Sony menutup lini produk yang dianggap tidak sukses ini. Dell pun pernah mencoba membuat laptop tipis dengan produknya Adamo dan Adamo XPS dengan menghadapi masalah yang sama dengan Sony: tidak sukses. Januari 2008 Apple memunculkan MacBook Air pertama kali yang berlayar 13,3 inci dan menjadi laptop paling tipis di dunia. Apple memperbaiki "kesalahan" vendor-vendor sebelumnya dengan penggunaan SSD tanpa case khusus yang memungkinkan pemakaian motherboard yang tipis serta membuat batere laptop yang tahan lama. Komponennya pun berharga lebih murah sehingga mampu menekan harga. Dengan tampilan metal unibody yang elegan, MacBook Air pun langsung meraih sukses. Bahkan tahun ini Apple telah mengeluarkan seri keempat dari MacBook Air dengan tenaga yang lebih powerful hingga menjadikannya must-have laptop. Apple memang jago mengemas produknya terlihat elegan dan selalu berpikir ke depan dengan menembus batasan-batasan yang ditakutkan vendor lain. MacBook Air tidak dilengkapi slot DVD seperti laptop lain. Sebagian pihak mengkhawatirkan hal ini seperti halnya Sony dan Dell yang tetap menyertakan DVD drive dengan alasan konsumen belum siap dengan laptop tanpa DVD drive sehingga produk ultrabook (sebutan untuk laptop tipis) mereka terlihat masih lebih tebal dan kurang estetis. Apple mengatasi hal ini dengan mengganti DVD drive dengan USB SuperDrive External dan terbukti sukses. Tentang desain aluminium unibody ini, Samsung pernah mengikutinya dengan meluncurkan produk Samsung Series 9 tetapi dengan desain yang tidak benar-benar mulus serta harga yang tidak murah. Jelas saja, produk Samsung ini tidak berhasil bersaing. Dengan dana yang sama, konsumen akan lebih memilih produk Apple, apa lagi tampilannya kurang menarik. Saat ini vendor-vendor lain mulai terbangun lagi dari tidur dan berlomba mengeluarkan laptop tipisnya atau ultrabook. Asus telah mengeluarkan UX51 dan Acer dengan Aspire 3951 serta HP juga sedang mempersiapkan ultrabook terbarunya. Sepertinya mereka akan kembali tertinggal saat MacBook Air telah menjadi ultrabook dengan penjualan tertinggi dan menjadi favorit konsumen. Sumber: PCWorld, CNET, wikipedia

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun