Mohon tunggu...
Didan Ahmad
Didan Ahmad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPI

Memiliki hobi berenang dan Bermain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Mahasiswa Dalam Upaya Anti - Stunting Melalui Program KKN di Kelurahan Pataruman Kota Banjar

17 September 2023   14:28 Diperbarui: 17 September 2023   14:41 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Pembagian BPNT Kepada Kader Stunting/Dok pribadi

Pendahuluan

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Kemenkes, 2018).Pada tahun 2014, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar seperempat atau sekitar 24,5% dari anak-anak balita di seluruh dunia mengalami stunting. Lebih dari 80% dari anak-anak yang mengalami stunting tersebut berasal dari 14 negara tertentu. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi stunting pada anak-anak balita di Indonesia pada tahun 2007 adalah sekitar 36,8%. Ini mengalami penurunan menjadi 35,5% pada tahun 2010, tetapi kemudian meningkat menjadi 37,2% pada tahun 2013.

Kementerian Kesehatan telah mengumumkan hasil dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) selama Rapat Kerja Nasional BKKBN pada tanggal 25 Januari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022. Perlu dicatat bahwa penurunan stunting ini terjadi selama masa pandemi, bukan pada kondisi normal (Kemenkes, 2023). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berharap bahwa pada tahun ini, ketika kondisi kembali normal, penurunan kasus stunting dapat menjadi lebih signifikan. Hal ini diharapkan dapat membawa kita lebih mendekati target penurunan stunting menjadi 14% pada tahun 2024.

Sebanyak 597 Keluarga Resiko Stunting (KRS) di Kota Banjar telah menerima bantuan pangan berupa 1 (satu) kilogram daging ayam dan sepuluh butir telur ayam. Bantuan ini akan diberikan kepada KRS selama tiga bulan, mulai dari bulan April hingga Juni. Penyaluran bantuan pada hari ini dilakukan di dua lokasi berbeda, yaitu di Kantor Pos Cabang Banjar untuk wilayah Kecamatan Banjar, Pataruman, serta Purwaharja, di mana 367 KRS menerima bantuan, sementara 230 KRS wilayah Kecamatan Langensari menerima bantuan di Kantor Pos Cabang Langensari.

Setelah kegiatan berlangsung, Wakil Wali Kota menjelaskan bahwa hari ini Pemerintah Kota Banjar bekerja sama dengan Kantor Pos Cabang Banjar untuk menyalurkan bantuan pangan sebagai bagian dari upaya pengentasan stunting di Kota Banjar. Menurutnya, bantuan ini merupakan langkah yang diambil Pemerintah untuk meningkatkan status gizi keluarga yang masuk dalam kategori KRS di Kota Banjar.

Wali Kota Banjar juga menjelaskan bahwa sebelumnya tingkat stunting di Kota Banjar mencapai angka 24,7%. Namun, berkat berbagai program pencegahan stunting seperti Rembug Stunting, pendamping Keluarga, dapur stunting, dan program lainnya, angka stunting di Kota Banjar telah menurun menjadi 19,2%. Ini sejalan dengan program nasional untuk mencegah Zero New Stunting pada tahun 2024.Selama kunjungannya, Wali Kota Banjar juga mengungkapkan bahwa stunting dapat dicegah melalui perencanaan kelahiran dengan mempertimbangkan jumlah anak. Bagi keluarga yang sudah memiliki tiga orang anak, Wali Kota menyarankan untuk mengikuti program Kontrasepsi MOW (Mengikuti Orangtua Wirausaha) atau MOP (Mengikuti Orangtua Pelaku) sebagai langkah preventif. Dalam acara ini, Wali Kota didampingi oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Banjar, Kepala DPPKB Kota Banjar, serta Kepala Kantor Pos Cabang Banjar.

Balita yang mengalami stunting merupakan salah satu aspek masalah gizi kronis yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kondisi sosial ekonomi, status gizi ibu selama kehamilan, kondisi kesehatan bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi itu sendiri (Waroh, 2019). Stunting dapat mengakibatkan dampak yang merugikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan gagal pertumbuhan, hambatan dalam perkembangan kognitif dan motorik, yang pada gilirannya mempengaruhi perkembangan otak, kemampuan belajar, serta ukuran fisik tubuh yang tidak optimal dan masalah metabolisme (Ekayanthi, 2019). Stunting adalah tanda dari gangguan pertumbuhan pada tubuh, dan ketika ini terjadi, salah satu organ yang sangat rentan adalah otak. Di dalam otak terdapat sel-sel saraf yang berperan penting dalam respon anak terhadap penglihatan, pendengaran, dan proses berpikir selama pembelajaran (Rahmidini, 2020). Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengatasi berbagai faktor yang dapat menyebabkan stunting pada balita, guna mencegah dampak jangka panjang yang merugikan terhadap perkembangan dan kesehatan anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mendalami dan memahami pola kehidupan yang terjadi di Kelurahan Pataruman, Kota Banjar. Melalui pendekatan ini, pemahaman yang diperoleh langsung dari masyarakat akan memberikan gambaran yang lebih baik tentang situasi terkait dengan stunting. Selain itu, penelitian ini juga memungkinkan untuk mengikuti dan mengevaluasi program-program yang sudah berjalan di masyarakat dengan tujuan mengurangi angka stunting.

Metode

Langkah awal dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan koordinasi antara Tim KKN Tematik UPI di Kelurahan Pataruman dengan Pemerintah Kelurahan Pataruman. Kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan di Kelurahan Pataruman, yang terletak di Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Hal ini merupakan langkah penting untuk memastikan kolaborasi yang efektif antara pihak universitas dan pemerintah setempat dalam rangka melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang bermanfaat.

Kegiatan pengabdian masyarakat akan berlangsung dari tanggal 26 Juli hingga 26 Agustus 2023, di Kelurahan Pataruman yang terdiri dari 20 RW dan 34 RT. Selama pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat, berbagai mitra kegiatan akan terlibat, termasuk perangkat Kelurahan Pataruman, kader Posyandu Kelurahan Pataruman, Puskesmas Kelurahan Pataruman, SMP Patroman, dan Lapas Kota Banjar. Dalam pelaksanaannya, metode yang digunakan adalah metode penyuluhan dan pengabdian, dengan beberapa pendekatan seperti:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun