Mohon tunggu...
Diky
Diky Mohon Tunggu... Mahasiswa

My hobbies are playing football and fishing

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Hidup di Kota Penuh Polusi: Apakah Kita Masi Sehat?

18 Juli 2025   10:52 Diperbarui: 18 Juli 2025   10:52 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto:manusia dengan folusi, sumber:(AI)

Kota-kota besar menjadi magnet bagi banyak orang karena menawarkan peluang kerja, fasilitas modern, serta gaya hidup yang dinamis. Namun di balik gemerlap pencakar langit dan jalan-jalan yang ramai, tersembunyi realitas yang mengancam kesehatan kita setiap hari: polusi lingkungan. Beragam bentuk polusi udara, suara, air, hingga tanah telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat urban. Polusi ini bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi secara perlahan merusak tubuh kita tanpa disadari.

Salah satu bentuk polusi yang paling berbahaya namun tidak terlihat adalah polusi udara. Gas buang kendaraan, asap pabrik, serta pembakaran sampah secara terbuka menghasilkan partikel halus seperti PM2.5 dan PM10 yang sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru. Paparan jangka panjang terhadap zat-zat ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, bahkan kanker paru-paru. Tak hanya itu, polusi udara juga terbukti memperburuk kondisi jantung dan meningkatkan risiko stroke. Sayangnya, banyak dari kita menghirup udara beracun ini setiap hari tanpa perlindungan yang memadai.

Selain udara, polusi suara menjadi ancaman yang sering diabaikan. Di tengah hiruk pikuk kendaraan, pembangunan gedung, dan bisingnya aktivitas perkotaan, tubuh manusia mengalami stres akustik yang konstan. Tingkat kebisingan yang tinggi secara terus-menerus dapat memicu gangguan tidur, meningkatkan tekanan darah, bahkan menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Efek jangka panjang dari paparan kebisingan ini seringkali baru terasa setelah bertahun-tahun.

Polusi air dan tanah juga menjadi sumber penyakit yang mengintai. Limbah industri yang mengandung logam berat dan bahan kimia beracun sering mencemari sungai dan tanah di sekitarnya. Sementara itu, air bersih yang tercemar oleh bakteri atau bahan kimia rumah tangga menjadi sumber infeksi pencernaan, gangguan hormon, hingga keracunan. Kontaminasi ini tidak hanya membahayakan manusia, tetapi juga merusak ekosistem dan sumber daya alam yang seharusnya menopang kehidupan sehat.

Dalam kondisi seperti ini, muncul pertanyaan yang menggelitik hati nurani kita: apakah kita masih sehat? Banyak orang merasa baik-baik saja secara fisik, namun tidak menyadari bahwa tubuhnya sedang bekerja ekstra keras melawan racun yang terus masuk setiap hari. Penyakit tidak selalu datang secara tiba-tiba; mereka bisa berkembang perlahan, dan ketika gejalanya muncul, sering kali sudah terlambat.

Meski begitu, masih ada harapan. Hidup sehat di tengah kota yang penuh polusi bukanlah hal mustahil. Kesadaran kolektif masyarakat menjadi kunci. Langkah kecil seperti menggunakan masker berkualitas, menanam pohon di halaman, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, serta mendukung kebijakan lingkungan yang ketat bisa memberikan perubahan nyata. Kita juga harus lebih selektif dalam memilih makanan dan air minum, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar sebagai bagian dari perlindungan diri.

Pada akhirnya, polusi adalah musuh bersama yang memerlukan tanggapan serius dari individu, komunitas, dan pemerintah. Kota modern seharusnya tidak menjadi tempat yang merusak tubuh penghuninya, tetapi menjadi ruang hidup yang sehat, berkelanjutan, dan layak untuk generasi mendatang. Mari kita bertanya kembali: bukan hanya "apakah kita masih sehat?", tapi juga "apa yang telah kita lakukan agar tetap sehat di tengah ancaman ini?"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun