Mohon tunggu...
Dicky Ananda Fajri
Dicky Ananda Fajri Mohon Tunggu... UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

MAHASISWA UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah Perkembangan Tasawuf di Nusantara: Dari Awal Penyebaran Islam hingga Abad Modern

2 Oktober 2025   23:17 Diperbarui: 2 Oktober 2025   23:17 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pembahasan mengenai masuknya Islam ke Nusantara sering kali diarahkan pada jalur perdagangan sebagai faktor utama. Memang benar, para pedagang Muslim dari Arab, Gujarat, dan Persia memiliki peran penting dalam mengenalkan Islam. Namun, menurut saya, keberhasilan Islam diterima secara damai dan luas di masyarakat Nusantara tidak lepas dari pengaruh tasawuf.

Tasawuf dapat dipahami sebagai dimensi spiritual dalam Islam yang menekankan penyucian jiwa, kedekatan kepada Allah, serta perbaikan akhlak. Dalam perkembangannya, tasawuf terbagi ke dalam dua corak utama. Pertama, tasawuf akhlaqi, yang menekankan moral, ibadah, dan kesederhanaan. Kedua, tasawuf falsafi, yang lebih filosofis dan metafisis, misalnya dengan konsep wahdat al-wujd (kesatuan wujud). Kedua corak inilah yang kemudian ikut mewarnai corak keberislaman di Nusantara.

Sejak abad ke-13, Islam mulai menyebar ke wilayah pesisir Sumatra, Jawa, hingga Maluku. Para sufi yang datang bersama para pedagang tidak hanya berdagang, tetapi juga berdakwah melalui pendekatan budaya. Di Jawa, Wali Songo menjadi tokoh penting dalam penyebaran Islam berbasis tasawuf. Sunan Kalijaga, misalnya, menggunakan media kesenian seperti wayang dan tembang Jawa untuk menyampaikan nilai-nilai Islam. Cara ini membuat ajaran Islam dapat diterima tanpa menimbulkan benturan keras dengan tradisi yang sudah ada.

Tokoh-tokoh tasawuf di Nusantara memiliki peranan besar dalam membentuk wajah Islam di wilayah ini. Hamzah Fansuri dari Aceh dikenal sebagai pelopor tasawuf falsafi. Pemikirannya kemudian diteruskan oleh muridnya, Syamsuddin as-Sumatrani. Sementara itu, Abdurrauf as-Singkili lebih menekankan tasawuf akhlaqi melalui tarekat Syattariyah. Dari Jawa, Sunan Kalijaga adalah contoh nyata bagaimana dakwah sufistik mampu menyatu dengan budaya lokal.

Pengaruh tasawuf tidak hanya terasa dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam seni, sastra, dan budaya. Syair-syair Hamzah Fansuri, karya suluk di Jawa, hingga tradisi zikir bersama dalam tarekat adalah bukti bagaimana tasawuf benar-benar hidup di tengah masyarakat Nusantara.

Di era modern, tasawuf masih tetap bertahan. Banyak pesantren di Indonesia yang mengajarkan tasawuf sebagai bagian dari kurikulum, dan berbagai tarekat seperti Naqsyabandiyah, Qadiriyah, dan Syattariyah masih eksis hingga kini. Walaupun ada kritik dari kelompok puritan yang menganggap praktik tarekat tidak sesuai dengan Islam murni, menurut saya tasawuf justru relevan dalam kehidupan modern. Dengan tantangan zaman yang sarat materialisme, tasawuf dapat menjadi sarana untuk menjaga keseimbangan hidup, ketenangan batin, dan kedekatan kepada Allah.

Pada akhirnya, saya memandang bahwa tasawuf bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga cerminan bagaimana Islam hadir secara damai dan membumi di Nusantara. Nilai-nilai seperti kesederhanaan, akhlak, dan spiritualitas yang diajarkan dalam tasawuf masih sangat dibutuhkan, terutama di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan. Menurut saya, justru dengan kembali pada semangat tasawuf inilah, Islam bisa terus menjadi cahaya yang membimbing masyarakat Nusantara dari masa lalu hingga masa kini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun