Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

IG: cakesbyzas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kekuasaan Berujung Skandal dan Malu

4 April 2025   13:00 Diperbarui: 4 April 2025   06:27 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekuasaan bisa menjadi ujian yang sangat besar (wirestock/Freepik)

Mungkin Anda pernah merasa gerah melihat berita yang hampir setiap hari mengungkap skandal pejabat. Ada yang terjerat kasus korupsi, ada yang terlibat perselingkuhan, ada yang namanya muncul dalam dugaan penyalahgunaan wewenang. Tak cuma mereka yang tercoreng, keluarganya pun ikut menanggung malu, bahkan para pendukung yang dulu begitu bangga kini bingung harus berkata apa.

Pertanyaannya, mengapa ini sering terjadi pada mereka yang punya kekuasaan? Apakah memang skandal selalu akrab dengan kekuasaan? Atau ini cuma fitnah yang sengaja dimainkan oleh lawan politik? Dan, bagaimana sebenarnya Islam memandang fenomena ini?

Ketika Jabatan Menjadi Ujian

Dalam Islam, kekuasaan adalah amanah. Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an kalau manusia akan diuji dengan apa yang diberikan kepadanya, termasuk kekuasaan. Rasulullah SAW sendiri pernah mengingatkan kalau kepemimpinan itu adalah beban berat yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

Tapi, dalam kenyataannya, jabatan sering kali menjadi lahan subur bagi hawa nafsu. Ketika seseorang mendapatkan kekuasaan, ada dua kemungkinan: ia menjadi pemimpin yang amanah atau ia tergelincir dalam ujian yang menjebaknya dalam skandal.

Seorang pejabat yang awalnya berniat baik bisa saja berubah ketika dikelilingi kemewahan dan kesempatan yang menggoda. Godaan itu bisa datang dalam berbagai bentuk: uang, kekuasaan yang semakin mutlak, atau bahkan kenikmatan dunia lainnya. Ketika seseorang mulai merasa tak tersentuh, mulai berpikir kalau aturan bisa dilanggar selama tak ketahuan, di situlah awal mula kehancurannya.

Antara Fitnah dan Kenyataan

Di sisi lain, tak semua yang terjerat skandal benar-benar bersalah. Ada juga yang cuma menjadi korban permainan politik atau dijadikan kambing hitam oleh pihak tertentu. Islam sangat menekankan keadilan, termasuk dalam menilai seseorang. Kita dilarang berburuk sangka dan menyebarkan tuduhan tanpa bukti yang jelas.

Sayangnya, di era media sosial seperti sekarang, masyarakat sering lebih cepat menghakimi sebelum fakta benar-benar terungkap. Seseorang yang difitnah pun bisa kehilangan kehormatan dan martabatnya dalam hitungan detik karena sebuah berita yang belum tentu benar.

Tapi, apakah ini berarti setiap pejabat yang tersangkut kasus adalah korban fitnah? Tentu tidak. Kita harus melihat dengan jernih, karena ada juga yang memang terbukti bersalah. Islam mengajarkan keseimbangan: kita harus mengedepankan tabayyun atau klarifikasi sebelum menarik kesimpulan. Jangan sampai kita terjebak dalam kebencian buta atau fanatisme yang membuat kita membela yang salah cuma karena merasa punya hubungan emosional dengannya.

Kekuasaan yang Menipu

Kekuasaan bisa membutakan. Bahkan seorang pemimpin yang awalnya jujur dan amanah bisa berubah ketika merasakan nikmatnya kendali atas orang lain. Ada perasaan superioritas yang perlahan tumbuh, ada keyakinan kalau dirinya lebih tahu dari siapa pun. Dari sinilah banyak yang mulai menghalalkan segala cara, berpikir kalau mereka berbeda dari orang biasa dan berhak atas perlakuan istimewa. Inilah mengapa Islam mengajarkan sifat tawadhu atau rendah hati. Seorang pemimpin yang rendah hati akan selalu merasa kalau kekuasaan bukanlah hak istimewa, melainkan titipan yang harus dijaga dengan baik.

Sayangnya, banyak yang terperangkap dalam tipu daya kekuasaan. Mereka mulai mengabaikan peringatan, menutup telinga dari kritik, dan mengelilingi diri dengan orang-orang yang cuma mengatakan apa yang ingin mereka dengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun