Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

IG: cakesbyzas

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pemecatan Seenaknya, Tugas atau Penyalahgunaan Kekuasaan?

21 Februari 2025   08:05 Diperbarui: 22 Februari 2025   12:16 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, di lapangan, pemecatan yang didasarkan pada preferensi pribadi sering kali terjadi. Ketika seorang pemimpin merasa kurang cocok dengan sikap atau karakter seseorang, mereka bisa saja menganggap pemecatan sebagai solusi cepat. Ini adalah salah satu bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang sering terjadi di banyak perusahaan.

Padahal, keputusan semacam ini tidak cuma merugikan karyawan yang terlibat, tapi juga bisa merusak kepercayaan dan moral tim secara keseluruhan.

Alasan Suka atau Tidak Suka: Di Mana Letak Etikanya?

Salah satu alasan yang paling sering digunakan dalam pemecatan adalah ketidakcocokan pribadi antara pemimpin dan karyawan. Mungkin, sang pemimpin merasa kalau karyawan tersebut tidak cocok dengan "gaya" kepemimpinannya, atau mungkin ada faktor lain yang bersifat pribadi dan bukan terkait dengan kinerja profesional.

Dalam banyak kasus, ini adalah alasan yang lemah dan tidak bisa dibenarkan. Ketidakcocokan pribadi seharusnya tidak menjadi alasan utama untuk melakukan pemecatan. Alasan semacam ini menunjukkan kurangnya kemampuan seorang pemimpin untuk memisahkan urusan pribadi dari urusan profesional.

Dalam dunia kerja, kita semua diharapkan untuk bekerja sama dengan berbagai karakter dan kepribadian. Karyawan yang berbeda tidak harus selalu sependapat atau punya gaya yang sama dengan pemimpin mereka, tapi itu bukan berarti mereka tidak bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi perusahaan.

Ketika pemecatan terjadi cuma karena ketidakcocokan pribadi, maka ini bukan lagi masalah kinerja, tapi lebih kepada pengambilan keputusan yang didasari oleh emosi semata.

Pemimpin yang bijaksana tentu akan lebih memilih untuk mencari solusi yang lebih konstruktif dalam menghadapi perbedaan ini, bukan langsung mengambil langkah pemecatan.

Alasan Sepele yang Mengarah pada Pemecatan

Selain alasan ketidakcocokan pribadi, ada pula alasan sepele lainnya yang sering digunakan untuk melakukan pemecatan, seperti masalah kecil yang seharusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi yang lebih baik.

Misalnya, ketidaksesuaian dalam gaya berpakaian, cara berkomunikasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi pemimpin, atau bahkan masalah kecil dalam keterlambatan atau ketidakhadiran yang terjadi sekali atau dua kali.

Apakah alasan seperti ini cukup kuat untuk memecat seseorang? Tentu saja tidak.

Penting bagi pemimpin untuk bisa melihat gambaran yang lebih besar dari setiap masalah yang muncul. Pemecatan yang didasari oleh alasan sepele biasanya terjadi karena ketidakmampuan untuk mengelola masalah dengan bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun