Mohon tunggu...
Diar Ronayu
Diar Ronayu Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger dan Youtuber

Video creator di Channel YouTube Mama Unakira, sesekali menulis di unakira.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku dan Ibuku

21 Desember 2017   15:26 Diperbarui: 5 Februari 2018   10:54 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://tumiesn.wagomu.id

Aku sedang berjalan menyusuri lobi kantor untuk bergegas pulang ketika dering sms berbunyi dari hapeku. Berharap sms dari gebetan,ternyata pesan dari ibu. Ketika kubaca rasanya kaget dan setengah tak percaya. Sambil mengucek - ngucek mata kubaca lagi isinya, "Jemput ibu di stasiun Gambir jam 7 malam, ibu idul adha di Jakarta."

Seperti bukan ibuku.

***

Ibuku bukan sosok yang lembut, penyayang dan baik hati seperti kisah dongeng di buku - buku. Ibuku galak dan kaku. Bicaranya lugas dan tegas. Tak hanya kepada anak buahnya saja, tapi kepadaku dan adik - adikku pun begitu. Seingatku, ibu tak pernah mengelus kepala, memeluk atau bilang sayang padaku. 

Tak banyak waktu yang kuhabiskan bersama ibu di waktu kecil dulu. Ayah ibu sibuk bekerja, dan aku diurus oleh pembantu. Bekerja di bagian keuangan membuat ibu sibuk di kantor dan sering lembur. Tak jarang pekerjaan kantor sering di bawa pulang, apalagi jika sudah masuk waktu gajian pegawai di kantornya.

Saat dirumah, aku sering melihat ibu bekerja di sudut ruang tamu. Di mejanya terhampar tumpukan dokumen yang tebal, jurnal keuangan yang sangat lebar, alat tulis, juga kalkulator.  Wajahnya selalu terlihat serius dengan alis yang berkerut. Kadang - kadang ada berbendel - bendel uang dan ibu akan membagi - baginya ke dalam amplop coklat. Kami sudah paham, jika sudah seperti itu tak akan ada yang berani mengganggunya. Jadi, aku tak pernah rewel, bermanja atau merajuk pada ibu.

Di lain waktu ibu akan membawa mesin tik yang suaranya berisik saat digunakan. Bau pita karbon yang khas sering tercium saat aku lewat di depannya. Tak jarang ibu meremas hasil ketikannya, lalu melemparkannya sembarangan. Bekerja dengan mesin ketik memang harus super hati - hati. Salah satu huruf harus mengulang dari awal karena tak ada tombol delete seperti di laptop.

Saat jaman mulai modern dan mesin ketik tergantikan oleh komputer dan printer, tak banyak lagi dokumen yang dibawa pulang ke rumah seperti dulu. Tapi kebiasaan ibu bekerja lembur di rumah masih tetap sama. Aku merasa ibu selalu sibuk bekerja. Komunikasinya denganku hanya terbatas uang saku, bayar sekolah, atau keperluan sekolahku saja. Ibu ada, tapi aku merindukan kehadirannya. Terkadang aku ingin ibu berhenti bekerja saja agar bisa menyambutku pulang sekolah, menyiapkan makan siangku, lalu menemaniku bermain dan belajar. Namun lama - lama aku menerima bahwa kesibukan ibu adalah untuk kepentingan keluarga juga.

Waktu terus berlalu dan aku juga sibuk dengan kegiatan sekolahku. Dari SMP hingga SMA, di sore hari aku selalu disibukkan dengan berbagai kegiatan ekstra kurikuler dan les, dan biasanya aku pulang ke rumah menjelang maghrib. Rumah hanya seperti tempat persinggahan untuk makan, tidur, istirahat kemudian beraktivitas lagi di keesokan harinya. 

Hingga aku merantau untuk kuliah dan bekerja, kesanku terhadap ibu masih sama. Meski tak lagi galak, ibuku itu kaku, tegas, lugas dan sibuk.

26-29 November 2009
Aku masih bingung kenapa ibu tak mengabariku kalau mau ke Jakarta. Padahal aku sudah berencana untuk hang out dengan temanku. Mau tak mau kubatalkan semua rencanaku. Jumat, 27 November 2009 adalah libur Idul Adha. Jadi Jumat hingga Minggu adalah masa long weekend, dimana sebagian perantau biasanya memanfaatkan waktu ini untuk mudik. Aku memang berencana tidak mudik. Lebaran idul fitri sebelumnya juga aku tidak mudik karena kehabisan tiket dimana - mana. Jadi, kuakui sudah cukup lama aku tidak pulang kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun