Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Blogger

Penulis, Blogger, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Edukasi Anak tentang Efek Buruk Sampah, Bisakah Menjadi Penebus Dosa?

19 Maret 2025   16:01 Diperbarui: 20 Maret 2025   10:35 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah (Gambar: Steve Jhonson/Unsplash)

Mengedukasi anak tentang efek buruk sampah, bisakah menjadi penebus dosa ketidakdisiplinan kita dalam menyikapi sampah? 

Pemberitaan banjir kini memenuhi mata dan telinga. Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar banjir adalah manifestasi efek buruk sampah yang dibuang sembarangan.

Sungguh, tidak dapat terbayangkan bagaimana repotnya ketika genangan air kotor masuk ke rumah dan kita harus "bergaul" dengan genangan itu dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Basah, gatal, bahkan jijik dan tidak nyaman tinggal. Bagi orang yang kurang bersabar, barang tentu keluh kesah adalah makanan sehari-hari.

Semoga banjir yang kini melanda di berbagai belahan bumi Indonesia lekas surut dan tidak terus memakan korban jiwa.

Efek buruk sampah yang hari ini terasa tentu tidak serta merta terjadi begitu saja. Semua adalah akibat dari ketidakdisiplinan manusia yang mementingkan ego dan bertindak seenak hati mereka.

Membuang sampah sembarangan dan membiarkannya berserakan lalu tersapu air hujan dan akhirnya memenuhi saluran-saluran air. Sumbatan pun tidak dapat dihindari, akhirnya air meluap dan memasuki pemukiman. Merangsek ke rumah tanpa mengetuk pintu lebih dahulu. Membasahi perabotan, menyita kenyamanan pemilik rumah.

Jalan-jalan lumpuh, aktivitas ekonomi dan pendidikan terganggu, berbagai penyakit pun menjangkit. Mau berobat susah, makan jadi tidak berselera. Serta banyak lagi akibat yang ditimbulkan oleh ketidakdisiplinan dalam penanganan sampah.

Kita yang sudah terbiasa disiplin dalam mengelola dan membuang sampah pun rasanya ikut berdosa besar karena belum berhasil menularkan habit yang baik tentang sampah. Berdosa karena belum bisa menyadarkan mereka yang masih bersikeras dengan egonya.

Kita ikut berdosa karena mungkin keluarga kita sendiri pun masih ada yang "bandel" dan sering lupa bahwa betapa pentingnya mendisiplinkan diri soal sampah.

Maka ketika perasaan berdosa dan cinta kita kepada bumi yang semakin tersiksa, setidaknya kita harus mulai mengubah cara pandang. Jika orang-orang di luar sana sudah tidak bisa diingatkan lagi soal sampah, maka apa tidak sebaiknya kita mengedukasi anak-anak yang masih bisa dibimbing hati dan kebiasaannya?

Untuk para guru, para orang tua dan siapapun, mengedukasi anak-anak sejak dini tentang sampah mungkin akan membuahkan hasil yang signifikan dalam mengurangi efek buruk sampah di masa depan.

Say berandai-andai, jika setiap orang mampu menanamkan habit/kebiasaan baik pada dua orang anak saja dan dilakukan dengan konsisten, turun temurun, maka beberapa tahun kemudian kita akan melihat jalanan yang bersih, sungai-sungai berair jernih dan banjir yang disebabkan karena sumbatan saluran bisa berkurang.

Kita tidak perlu lagi menunggu program pemerintah tentang sosialisasi penanganan sampah dan banjir, pun tidak lagi harus melulu mengandalkan mereka para anggota komunitas pembersih sampah yang dengan rela hati membersihkan dan mengeruk sampah-sampah yang menggunung. Cukuplah kita sadar diri untuk tidak egois lagi serta berusaha menularkan kebiasaan baiknya kepada anak-anak yang ada di dekat kita.

Lantas bagaimana cara mengedukasi anak-anak tentang sampah? Cara di yang saya himpun dari berbagai sumber ini mungkin bisa kita mulai ajarkan dan tularkan kepada anak-anak sejak dini.

Mengedukasi anak untuk membuang sampah pada tempatnya adalah penting untuk membentuk kebiasaan baik dan menjaga lingkungan yang sehat. Berikut beberapa cara untuk mengedukasi anak:

 1. Mulai sedini mungkin

Ajarkan anak sejak usia dini tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Jangan lupa kita pun sebagai orang yang lebih dewasa melakukan kebiasaan itu dalam kehidupan sehari-hari. Karena walaupun anak belum bisa bicara, tetapi jangan sampai lupa bahwa anak-anak adalah peniru yang ulung. Mereka merekam dan kelak akan menirunya.

2. Menjelaskan konsep

Anak-anak yang sudah mulai mengerti perkataan, bisa kita mulai dengan menjelaskan konsep kepada anak mengapa membuang sampah pada tempatnya itu penting dan bagaimana hal itu mempengaruhi lingkungan. Tentu saja dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak sesuai level usia.

3. Jadikan kebiasaan

Buatlah membuang sampah pada tempatnya itu menjadi kebiasaan anak dengan selalu mengingatkannya dan memberikan contoh yang baik.

Sediakan tempat yang layak untuk membuang sampah di rumah/di sekolah agar anak senang dan semangat membuang sampah ke sana. Beri tahu anak, jika dia memiliki sampah di tangan, maka jangan pernah membuangnya sebelum bertemu tempat sampah.

Jangan lupa sampaikan pula kepada mereka bahwa membuah sampah pada tempatnya dan menjaga lingkungan adalah salah satu kegiatan yang bernilai ibadah di bulan Ramdan dan tentunya mengundang pahala dari Allah Subhanahu wa Taala.

4. Berikan contoh yang baik

Seperti yang disinggung di atas, karena anak-anak adalah peniru ulung, maka jadilah contoh yang baik. Segenting apapun, berusahalah untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.

Kita juga bisa menjadi contoh untuk mereka dalam hal memelihara lingkungan dengan melakukan kegiatan-kegiatan kecil yang berhubungan dengan keindahan, kenyamanan, kebersihan dan kesehatan lingkungan. Agar mereka tahu dan merasakan bahwa betapa nyamannya di lingkungan yang bebas dari sampah dan kotoran.

5. Buat permainan edukatif

Membuat permainan edukatif ini bisa dilakukan di rumah atau di sekolah oleh para guru yang setiap hari bersinggungan dengan anak saat belajar.

Bapak/Ibu bisa menciptakan permainan apapun yang berkaitan dengan membuang sampah pada tempatnya untuk membuat anak lebih tertarik dan terlibat langsung dalam pemeliharaan lingkungan.

6. Hargai usaha mereka dan berikan reward

Memberikan pujian dan ungkapan terima kasih karena mereka sudah disiplin dalam membuang sampah, adalah hal yang akan membuat anak-anak senang dan "ketagihan" untuk melakukan hal baik karena mereka merasa dihargai.

Sesekali boleh memberikan hadiah karena mereka telah berusaha.

7. Jadikan sebagai kegiatan bersama

Jadikan membuang sampah pada tempatnya sebagai kegiatan bersama yang menyenangkan dan edukatif. Kegiatan membuang sampah bersama bisa diselingi dengan kegiatan pemilihan dan pengenalan jenis-jenisnya.

Agar ia lebih memahami tentang jenis sampah, berapa lama pembusukkan, serta apa akibatnya jika sampah itu tidak ditangani dengan baik.

Beri mereka pemahaman pula bahwa sampah rumah tangga terutama sampah basah bisa dijadikan sebagai bahan pupuk kompos tanaman. Karena sejatinya bumi butuh kompos.

8. Gunakan media edukatif

Karena tidak semua orang mampu menyampaikan dengan lisan, maka dalam mengedukasi anak-anak kita bisa menggunakan bantuan media yang mungkin bisa membuat anak-anak lebih mudah memahami. Gunakan buku, video, atau alat bantu lainnya.

9. Konsisten dan sabar

Proses pendidikan dan pembiasan tidak akan berhasil hanya dilakukan satu atau dua kali. Tetaplah konsisten dan teruslah semangat. Jangan berhenti untuk memotivasi mereka dan diri kita sendiri. Konsisten dan sabar dalam mengedukasi anak, karena membentuk kebiasaan baik membutuhkan waktu dan usaha. 

Dengan mengikuti langkah tersebut, semoga semakin banyak generasi yang tersadarkan dan memahami pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Semakin banyak yang terbantu untuk membentuk kebiasaan baik yang akan bertahan seumur hidup.

Semoga apa yang kita usahakan mampu menebus "dosa" kita dalam hal sampah dan pemeliharaan lingkungan dari efek buruk sampah itu sendiri. Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun