Bergaya dengan utang adalah bahasan yang selalu menarik bagi saya. Banyak sekali contoh kasus baik dari kisah teman, saudara sendiri, sampai pada para artis yang ada di bahasan gosip televisi.Â
Termasuk obrolan pagi ini di kampung halaman bersama sanak famili. Tidak sengaja di tengah-tengah obrolan sambil ngeteh dan makan kudapan buatan ibu di dapur hadir satu perbincangan yang memancing otak saya untuk mencerna dengan baik, dan menumbuhkan kembali kesadaran akan hidup yang tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan.Â
"Hidup itu telah diatur oleh yang Maha Kuasa, tetapi bagaimana caranya kita hidup, sepenuhnya kita yang berkuasa." Kalimat itu adalah kalimat yang selalu tertanam dalam hati saya. Selalu dipelihara agar tidak bablas kemana-mana.Â
Saya sadar betul, ukuran seorang saya, tidak memiliki jaminan yang bisa diandalkan andai saya memaksakan diri untuk hidup seperti orang lain yang memiliki jaminan yang tidak akan ada habisnya. Maka hidup sederhana adalah pilihan satu-satunya.Â
Soal hidup, semua orang punya prinsip yang berbeda. Pun dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada pilihan. Dari pilihan sederhana sampai pada pilihan-pilihan tersulit sekalipun.Â
Ada desakan-desakan yang menuntut fokus, menguji kesabaran bahkan benar-benar menuntut keteguhan seseorang dalam memertahankan apa yang disebutnya sebagai sebuah harga diri. Akhirnya, solusi-solusi dicari kesana-kemari, agar semua terselamatkan meskipun dengan cara berutang.Â
Memang, dengan utang sementara masalah selesai. Terlebih jika utangnya dalam jumlah kecil, masih aman lah ya. Karena dalam agama pun manusia diwajibkan saling tolong menolong dan diharuskan menolong saudara yang kesusahan.Â
Namun yang jadi masalah adalah, ketika mengejar gaya hidup dengan cara berutang. Ingin dinilai sama dan setara dengan tetangga/teman, lalu menempuh jalan instan. Pinjam uang, selesai. Tercapailah apa yang diinginkan.
Padahal, secara tidak langsung menyelesaikan masalah dengan utang sejatinya adalah sedang "menggali kubur sendiri." Apalagi jika dalam jumlah besar, berbunga dan berjangka.Â
Setelah terselesaikan masalahnya dengan uang hasil berutang, sepanjang waktu pikiran tersita dengan soal "bagaimana cara mengembalikannya." Bagaimana kita menikmati hidup jika tidur saja tidak nyenyak karena dililit utang dan dikejar penagih setoran?