Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Cokro

17 Oktober 2018   21:19 Diperbarui: 18 Oktober 2018   00:11 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay

Namanya Cokro. Badannya tambun pertanda kurang berolah raga. Kulitnya hitam legam, entah karena terlalu sering terbakar sinar matahari atau mungkin karena bawaan lahir. Rambutnya yang ikal, sudah mulai memutih. Matanya bulat, hidungnya besar seperti jambu air. Di bawah hidungnya ditumbuhi kumis tebal. 

Jika kalian memperhatikan tangannya, semua jari kecuali jempol dipenuhi oleh cincin batu akik. Warna - warni. Konon, setiap batu yang terpasang di cincinnya itu memiliki kekuatan majik yang berbeda-beda. Itulah mengapa selama ini tidak ada yang benar-benar berani menentang Cokro.  

Cokro, adalah seorang anak saudagar kaya. Usianya sudah tua. Lebih dari kepala lima. Anaknya pun sudah besar-besar. Bahkan ia sudah memiliki cucu. Namun memang orang tuanya masih hidup dan masih bisa memimpin perusahaan keluarga. Walau sekarang Cokro mengaku-ngaku bahwa dialah pemimpin pabrik yang telah puluhan tahun berdiri itu.

Ia terlahir sebagai orang yang kaya raya. Sejak kecil ia dididik oleh gelimang harta yang berlimpah. Ia terbiasa hidup enak dan berkecukupan. Ia memiliki tiga saudara. Satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua adiknya hidup terpisah. Ia dibesarkan oleh kedua orangtuanya, sementara kedua adiknya malah memilih hidup bersama neneknya, karena sejak kecil Cokro sudah memiliki perangai yang buruk.

Kata-katanya yang selalu pedas menyakitkan hati, sangat padan dengan kumisnya yang begitu tebal. Sebagian orang akan mengatakan bahwa wajahnya seram seperti tokoh penjahat dalam film India. Kejahatannya tidak bisa disembuhkan oleh nasihat dan kelembutan.

Ayah Cokro, Haji Sukaryo, adalah seorang yang terpandang. Tidak akan ada habisnya jika kita menghitung kekayaan yang dimilikinya. Banyak orang yang mengatakan jika kekayaannya itu tidak akan habis tujuh turunan. Takan habis dibagi berkali-kali. 

Kerena bukan hanya satu sumber penghasilan. Bukan hanya dari pabrik itu sumber uangnya. Hamparan sawah yang begitu luas, gunung batu penghasil batu alam, dan beberapa toko bangunan yang besar di berbagai kecamatan tercatat sebagai milik Haji Sukaryo. Tidak diragukan lagi, Haji Sukaryo adalah pekerja keras dan pembisnis yang hebat sejak usia muda.  

Namun,  kini Haji Sukaryo telah tua renta. Bahkan untuk menandatangan berkas perusahaan saja ia sudah harus dipapah oleh pelayannya. Tangannya sudah gemetaran begitu memegang sebuah pena untuk membubuhkan sebuah tanda tangan. 

Hanya saja dengan kalimat Bismillah ia selalu berhasil melakukannya. Langkah kakinya tidak lagi kuat. Badannya gontai dan harus dibantu jika berjalan. Maklum usianya sudah begitu senja. Ia harus selalu serba dilayani, dan dibantu oleh beberapa pekerjanya untuk melakukan banyak hal.

Akan tetapi, soal ketajaman ingatan, pak Haji masih memiliki ingatan yang begitu kuat. Jika Kalian memiliki utang dua ribu saja kepadanya maka ia akan selalu ingat dan menagihmu membayar tunggakan. 

Ia juga mampu mengingat nama-nama karyawannya lengkap dengan karakter-karekter mereka yang khas. Terutama kepada bu Minem penjaga kantin pabrik yang sudah bekerja di sana sepuluh tahun lebih yang berbadan motok, sepertinya ia tidakakan pernah lupa. Bu Minem adalah penyemangat hidupnya semenjak istrinya meninggal dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun