Pandangan Gajah  Mada terhadap kedua kerajaan tersebut ingin menyatukan kedua kerajaan dibawah kepemimpinan Majapahit namun pandangan ia bertentangan dengan pandangan pihak istana. Pihak istana berpendapat bahwa Kerajaan Sunda masih kerabat sendiri dengan Majapahit. Setelah berunding, Hayam Wuruk lebih condong ke pihak istana dibanding Gajah Mada.
Setelah perundingan sebelumnya dan sebelum Hayam Wuruk menikah dengan Sri Sudewi dan selirnya, Hayam Wuruk berhasrat mencari seorang permaisuri untuk mendampingi dirinya. Dikirimlah juru gambar untuk melukis putri-putri dari kalangan kerajaan bawah maupun kerajaan tetangga. Setelah dilukis oleh juru gambar, tidak ada yang berhasil menarik hati Hayam Wuruk.
Keesokkan harinya, dikirimlah juru gambar ke Kerajaan Sunda untuk melukis Dyah Pitaloka Citraresmi yang merupakan putri dari Prabu Maharaja Linggabuana. Menurut cerita yang tersebar, kecantikkan Dyah Pitaloka tersebar kemana-mana sementara Patih Gajah Mada memiliki tujuan tersendiri lalu menyusupkan beberapa orang yang ia percayai untuk menemani sang juru gambar ke Kerajaan Sunda. Sampai di Kerajaan Sunda, juru gambar langsung melukis Dyah Pitaloka dan orang kepercayaan Gajah Mada menyampaikan agar Sunda tunduk pada pemerintahan Majapahit.
Setelah kembali dari Sunda, sang juru gambar memberikan lukisan Dyah Pitaloka kepada Hayam Wuruk. Hayam Wuruk tertarik hingga berniat untuk meminang putri Prabu Linggabuana tersebut untuk menjadi permaisurinya.Â
Hayam Wuruk mengirim surat kepada Prabu Linggabuana dengan maksud untuk meminang sang putri melalui perantara yaitu Tuan Anepaken beserta rombongan dengan membawa berbagai macam untuk meminang sang putri.Â
Sesampai di Kerajaan Sunda, rombongan dari Majapahit menyerahkan seserahan dan membahas taggal serta tempat pesta pernikahan. Setelah pertemuan antara sang Prabu dengan rombongan Majapahit telah disetujui bahwa pesta pernikahan akan diadakan di Ibukota Majapahit yaitu Trowulan.
Sesudah menerima pinangan Hayam Wuruk, Prabu Linggabuana beserta permaisuri, bangsawan istana serta rombongan yang lain pergi ke Majapahit untuk mengantar Dyah Pitaloka sekaligus melaksanakan perkawinan di Majapahit.Â
Rombongan Kerajaan Sunda berangkat melalui Galuh dan sesampai di pantai, mereka menyaksikan air laut berwarna merah yang melambangkan bahwa mereka tidak bisa kembali ke tanah sunda. Namun mereka menghiraukan perlambang tersebut dan tetap melanjutkan ke Majapahit.Â
Rombongan Sunda tiba di Pesanggrahan Bubat datanglah utusan Patih Gajah Mada menyampaikan pesan bahwa Dyah Pitaloka Citraresmi diserahkan kepada Hayam Wuruk sebagai tanda Kerajaan Sunda takluk pada Majapahit.Â
Prabu Linggabuana merasa harga dirinya terinjak-injak namun ia tidak bertindak gegabah dan tidak ingin terjadi peperangan ditempat tersebut. Akan tetapi, rombongan lain terutama prajurit Prabu Linggabuana tersulut api emosi dan merasa terinjak-injak.Â
Mereka mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka sebagai pengantin bukan sebagai tanda takluk kerajaan mereka terhadap Majapahit. Hayam Wuruk merasa bimbang dengan kesalahpahaman tersebu. Ia ingin membantah pernyataan sang patih namun hanya Gajah Mada yang dapat ia andalkan.