Mohon tunggu...
Dian Purnomo
Dian Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang penulis lepas yang mengaabadikan beberapa praktik baik, biografi dan menulis non fiksi di sela-selanya. Crime-enthusiast, praktisi perlindungan anak, pejalan dan pemburu beasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita dari Yordania

21 November 2012   09:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:56 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa maksud menyalahkan siapapun, tetapi ada mekanisme yang salah dalam memberikan perlindungan terhadap TKI di luar negeri. KBRI yang seharusnya menjadi perwakilan Negara ini di luar negeri yang memberikan rasa aman pada warga Negara Indonesia, di beberapa Negara penerima TKI terutama sektor non formal, justru menjadi tempat yang ditakuti. Saya tidak tahu bagaimana di Negara lain seperti Arab Saudi, Malaysia, Hongkong atau Singapura. Tapi di Yordania, hal tersebut terasa sekali.

"Mendingan saya ditangkap sama polisi terus dipenjara teh. Ketahuan kalau sama mereka mah. Abis dipenjara dua tiga bulan, terus dipulangin." Demikian jawaban SR ketika ditanya, kenapa dia tidak mencari bantuan ke KBRI.

Para TKI yang lari dari rumah majikan di Yordania rata-rata mengalami masalah yang sama. Mereka tidak memiliki dokumen, enggan mencari bantuan ke KBRI dan mencoba bertahan hidup dengan cara-cara yang mereka pahami paling mungkin dilakukan. Mereka membahayakan diri dan semakin jauh dari perlindungan yang merupakan hak dasar mereka.

Kekerasan Fisik

Dari LSM bernama Tamkeen di Yordania kami mendapatkan informasi mengenai salah satu kasus yang mereka tangani, tentang seorang TKI yang menjadi korban kekerasan oleh majikan dan keluarganya. Kulit kepalanya sampai mengelupas karena rambutnya ditarik, belum lagi luka-luka di seluruh tubuh yang merupakan akumulasi kekerasan fisik yang dilakukan oleh keluarga majikan.

Apapun penyebab majikan melakukan hal tersebut tidak bisa diterima. Frustasi karena TKI tidak bisa berbahasa Arab, tidak mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan harapan atau alasan lain, tidak bisa menjadi pembenar perlakuan buruk yang mereka lakukan terhadap TKI.

Tamkeen memperjuangkan keadilan untuk korban. Saat ini majikan laki-laki berada di penjara, sementara majikan perempuan dibebaskan dengan jaminan karena alasan bahwa dia harus bertanggung jawab terhadap anak-anak di bawah umur. Sementara TKI yang menjadi korban masih tinggal di penampungan, karena setelah masa pengobatan dia masih belum diijinkan pulang sebelum kasus majikan tersebut dijatuhkan vonisnya.

Over-stay

Masalah umum yang ditemui pada rata-rata TKI yang melarikan diri dari majikan dan tinggal di luar KBRI adalah over-stay visa. Mereka sudah tinggal melebihi batas waktu yang tertera pada visa. Untuk satu hari tinggal di Yordania melebihi visa yang berlaku, setiap orang harus membayar denda over-stay sebesar 1,5 dinar atau kurang lebih Rp 20,000.-. Ini artinya para TKI yang tinggal dan bekerja di luar kontrak mereka, memiliki beban hutang sebesar itu dikalikan lamanya mereka tinggal di Yordania. Saya pernah bertemu dengan seorang perempuan Indonesia yang sudah tinggal selama 10 tahun di Yordania, sebut saja namanya LI. Dia mengatakan kalau harapannya untuk pulang sudah tidak ada lagi. Dia tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar denda over-staynya. Sementara untuk menyerahkan diri pada polisi agar ditangkap dan dideportasi dia juga tidak mau. Bayangan gelap dan eksploitasi di dalam penjara menjadi penghalangnya. LI bukan satu-satunya orang yang merasakan hal tersebut. Ada puluhan bahkan mungkin ratusan yang sudah mulai menyerah dan tidak berani lagi berharap bertemu dengan keluarga mereka di Indonesia.

Keterbatasan Informasi

Salah satu hal yang membuat TKI berada di posisi lemah diantaranya adalah keterbatasan pengetahuan dan persiapan sebelum keberangkatan. Menurut wawancara dengan TKI yang saya temui, juga beberapa literatur yang saya baca, rata-rata TKI mendapatkan informasi tentang pekerjaan dan kondisi kerja di luar negeri dari sponsor/calo saja. Kalau ada cerita dari mereka yang sudah berpengalaman bekerja di luar negeri, biasanya informasi tersebut tidak selalu berlaku sama dan sedikit sekali informasi penting yang mereka dapatkan. Sementara dari calo, mereka hanya diiming-imingi hal-hal baik saja seperti naik haji, gaji besar, majikan kaya, bahkan majikan yang keturunan nabi. Informasi tersebut tidak semuanya benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun