Mohon tunggu...
Dian Prasetiorini
Dian Prasetiorini Mohon Tunggu... Busy Mom

Belajar memeluk diri sendiri. Satu kata, satu hari, satu napas..

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kopi Pahit di Jam Tiga Sore - Surrender

14 Juli 2025   15:17 Diperbarui: 14 Juli 2025   15:17 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: The Road to Personal Freedom - Business Doctors 

"Ini bukan keputusan mudah," bisiknya dalam hati. Tapi ada satu hal yang ia yakini: melepaskan bukan berarti gagal. Justru, mungkin ini pertama kalinya dalam hidup dia memilih dirinya sendiri, bukan ekspektasi orang lain.

Dia sudah mencoba. Berkali-kali. Bertahan lebih lama dari yang ia sangka mampu. Tapi sampai kapan? Sampai tubuhnya tumbang? Sampai jiwanya benar-benar mati rasa?

Dia sadar, kita sering diajarkan untuk bertahan. Untuk kuat. Untuk tak menyerah. Tapi tidak banyak yang mengajarkan kapan kita harus berhenti dan itu pun bentuk keberanian yang tak kalah penting.

Letting go juga bukan tentang membuang masa lalu. Tidak ada satu pun pengalaman yang sia-sia. Semua lembur yang pernah ia jalani, setiap rapat yang penuh tekanan, setiap proyek yang ia selesaikan dengan separuh napas, semuanya adalah bagian dari fondasi dirinya hari ini. Melepas bukan berarti menghapus, tapi memberi ruang baru untuk tumbuh. Lita tahu, ia tetap harus realistis. Tabungan harus dijaga, CV harus diperbarui, dan mungkin ia harus mengambil pekerjaan paruh waktu sambil menata arah baru. Tapi ia akan melakukannya tanpa beban pura-pura kuat.

Sore itu, Lita pulang lebih cepat dari biasanya. Jalanan Jakarta masih macet, seperti biasa. Tapi dadanya terasa sedikit lebih lapang. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia tidak memikirkan email atau to-do list. Dia memikirkan apa yang membuatnya hidup kembali.

Dia belum tahu akan ke mana besok. Mungkin freelance, mungkin bisnis kecil-kecilan, mungkin istirahat dulu sambil menyembuhkan dirinya. Tapi ia yakin satu hal: hari ini, dia sudah menang karena berani surrender.

Catatan Penutup:

Surrender bukan tentang menyerah pada keadaan. Tapi tentang menerima bahwa hidup tak selalu harus dikuasai, tak semua hal bisa dikendalikan.
Letting go bukan berarti kalah. Bukan pula melupakan. Tapi bisa jadi itu satu-satunya jalan untuk menemukan versi dirimu yang lebih utuh dan hidup.

Dan tidak apa-apa untuk lelah. Tidak apa-apa untuk pulang. Karena kamu bukan robot. Kamu manusia. Dan kamu layak bahagia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun