Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hasil Karya Selama 2 Tahun, Hilang!

20 Mei 2018   09:03 Diperbarui: 20 Mei 2018   09:30 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maret 1985, saya mulai bekerja di Stanvac. Sebuah perusahan minyak bumi yang induknya berada di Houston, AmerikaSerikat.

Awal bekerja di Public Affair Department, kantor pusat yang berada di Ratu Plaza, Jakarta, awalnya agakmerasa heran juga, karena saat itu ada fotografer lain yang masih dalam ikatan kontrak di sana. Tapi keheranan ini hanya saya simpan dalam hati. Menunggu kontrak teman tersebut habis, saya magang dulu beberapa bulan. Untungnya saya pernah tinggal dilingkungan perminyakan saat berada di Dumai, Riau, tahun 1972, sehingga saya cukup cepat nyambung dengan lingkungan kerja yang ada.

Tambahan pengalaman yang sangat membekas bagi saya adalah pengelolaan arsip foto-foto kegiatan dalam lingkungan perusahaan. Sehingga setiap mencari foto yang dibutuhkan, saya bisa menemukannya dalam waktu yang singkat. Tidak seperti saat saya masih bekerja sendiri di daerah Petojo. Saat penyimpanan arsip foto-foto saya masih amburadul. Apalagi saat itu kamera digital belum ada, semua foto tersimpan dalam film celluloid, yang disimpan dalam wadah plastic sheet.

Bayangan saya saat mulai magang adalah, saya akan ditempatkan di lapangan operasi perusahaan yang berada di Sumatera. Mengingat ada dua fotografer di perusahaan nampaknya terlalu banyak, apalagi jam kerja saya hanya 2 jam sehari, dari jam 08.00 hingga jam 10.00, bila tidak ada acara yang membutuhkan foto dokumentasi.  

Karena perusahaan punya peralatan yang cukup lengkap, saya tidak pernah membawa peralatan pribadi ke kantor, malah perusahaan mempunyai sebuah kamera format medium merek Kowa Six dengan tiga lensa, lensa standar, sudut lebar dan tele pendek.  Saya tidak tahu, berapa banyak kamera merek ini beredar di Indonesia saat itu. Sebab kamera format medium yang saya kenal saat itu hanyalah Mamiya, Rollei dan Hasselblad.

Saat masih dalam percobaan itu, saya disuruh memakai kamera tersebut. Baru saja saya pegang,busyet beratnya hampir 2 kilo berikut lensa. Saking senangnya memakai kamera tersebut, saya sempat meminjamnya saat pulang kampung waktu lebaran.  Walau untuk memakainya butuh energy ekstra, karena beratnya. Tapi hasilnya memang bagus dan ketajaman lensanya juga prima.

Pertengahan 1987, kantor mengadakan relokasi ruangan. Sebenarnya kantor sering melakukan relokasi ruangan, tapi semua arsip ikut pindah ke ruangan yang baru dan masih dilantai yang sama. Namun kali ini, karena arsipnya sudah menumpuk tahunan, maka  semua arsip foto dan film dimasukkan kedalam karton seukuran karton rokok Gudang Garam, disusun dan diurut dengan rapi, termasuk arsip foto pribadi yang memang  sengaja saya simpan di kantor karena alasan aman dan rapi. Nah disitulah keteledoran saya.

Dalam pikiran saya karton-karton yang jumlahnya beberapa buah itu akan di tempatkan sesuai dengan departemen masing-masing secara urut. Rupanya tidak, karena oleh petugas dari perusahaan jasa pindahan yang dipakai perusahaan, semua karton ditumpuk menyatu dengan departemen lain di gudang yang terletak di jalan Senopati. Sehingga untuk mencarinya akan mengalami kesulitan, karena harus menggeser dan memindahkan karton itu satu persatu.

Ditahun 1987 itu pula kontrak saya habis dan tidak diperpanjang lagi. Hanya sebagian kecil dari arsip foto pribadi saya yang tertinggal, karena sejak perpindahan itu saya tidak lagi menitipkan film-film dokumentasi pribadi saya di kantor. Sebuah penyesalan yang sangat membekas di hati, saat saya tidak bisa lagi mengambil arsip pribadi tersebut. Hasil karya saya selama 2 tahun bekerja di sana. Sebuah dokumen yang akan bercerita tentang pencapaian saya sebagai fotografer di industri perminyakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun