Perpustakaan desa merupakan salah satu sarana penting dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia di tingkat pedesaan. Keberadaan perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan peminjaman buku, tetapi juga sebagai pusat belajar masyarakat yang mampu menumbuhkan budaya literasi, memperluas wawasan, serta meningkatkan keterampilan. Namun, pada kenyataannya, pengelolaan perpustakaan desa masih menghadapi sejumlah kendala, antara lain keterbatasan sumber daya manusia pengelola, minimnya koleksi bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas perpustakaan.Sebagai solusi, pendampingan pengelolaan perpustakaan desa melalui pojok baca dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelola, memperbaiki sistem manajemen sederhana, serta menciptakan ruang baca yang nyaman dan menarik. Pojok baca dioptimalkan bukan hanya sebagai tempat membaca, tetapi juga sebagai pusat aktivitas literasi masyarakat.
Kegiatan pendampingan meliputi beberapa tahapan, yaitu:
1.Pemetaan kondisi awal untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan pojok baca.
2.Pelatihan pengelolaan yang mencakup inventarisasi, pencatatan peminjaman, serta penataan koleksi.
3.Penataan ruang pojok baca agar lebih nyaman dan ramah anak.
4.Pelaksanaan kegiatan literasi seperti membaca bersama, mendongeng, klub baca, atau diskusi buku.
5.Monitoring dan evaluasi untuk melihat efektivitas program dan menentukan tindak lanjut.
Dengan adanya pendampingan ini, diharapkan pengelola mampu mengelola perpustakaan desa secara lebih profesional meskipun dengan sistem sederhana, masyarakat semakin termotivasi untuk membaca, dan pojok baca dapat berkembang menjadi pusat literasi desa yang berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI