Suara adzan ashar mulai terdengar di segala penjuru. Tapi tubuhku masih saja bergumul dengan selimut. Hawa dingin sungguh begitu terasa. Dera hujan juga tak kunjung reda. Suara sayup-sayup bunda memanggilku.
" Senja, bangun! Cepetan mandi terus sholat ashar!"
"Emh iya bunda," aku paksakan untuk membuka mata. Menggeliat sebentar. Dengan langkah gontai aku menuju kamar mandi. Namun setibanya di depan pintu kamar mandi. BBRRUUKK. Aku terjatuh. Dan di sekelilingku terlihat mulai gelap. Pun aku tidak mengingat apa yang terjadi selanjutnya.
Namaku Senja. Senja Purnama. Umurku baru 15 tahun. Dan dokter sudah memvonisku bahwa aku tidak akan hidup lama lagi. Aku menderita kanker tulang sejak 10 tahun.
Aku mencium aroma minyak kayu putih begitu menyengat di hidungku. Perlahan-lahan aku membuka  mata. Sudah terlihat jelas keadaan sekitar.
"Nak, kamu sudah bangun?" bunda nampak begitu khawatir. Dan setelah aku sadar sepenuhnya, ternyata aku di rumah sakit lagi. Tempat yang sangat aku benci.
"Senja?" panggil ayah.
"Ah iya yah, kenapa?" jawabku.
"Apa yang kamu rasakan sekarang sayang?" sembari mengelus dahiku.
"Aku baik-baik saja yah," jawabku.
Kadang aku ingin protes kepada Allah mengapa aku dilahirkan hanya untuk menderita seperti ini, mengapa aku tidak bisa seperti gadis seumuranku, mengapa aku selemah ini?