Meski empat musim saling bergantian hadir
Kasih ini masih tetap sama seperti saat ia dilahirkan
Ketika ayah, mama, kakek, nenek serta keluarga dari sang ayah bersuka cita menyambutnya
Bahkan setiap tangisan anak ini adalah kebahagiaan amat mendalam
Suasana malam natal dan tahun barunya selalu lengkap penuh cinta
Bertukar kisah adalah agenda wajib keluarga ini saat berkumpul
Kini, sepuluh tahun lamanya telah berlalu
Seorang anak perempuan yang diberkati telah tumbuh bersinar dan mulai berani bertanya
Angin seolah paham untuk berhenti mencari celah keramaian, karena tiba saatnya untuk menusuk ingatan wanita yang mendadak bungkam
Ada rahasia dalam benak wanita paruh baya itu
Ya, ini giliran kejujuran mamanya untuk didengar
Sudah separuh lilin di meja habis terbakar
Wanita itu masih saja diam dengan tatapan kosong
Sinar lampu, pohon natal, kue jahe dan wajah di sekeliling seakan tak pernah ada di hadapannya
Dia tak sadar kalau diamnya adalah sebuah jawaban untuk sang putri
Bahwa ada yang tak lengkap dalam keluarga ini
Di waktu bersamaan nan jauh dari Negeri paman sam tersebut, ada seorang anak lelaki yang selalu kebingungan
Sudah tiga tahun lebih dari usia anak gadis itu, ia harus bergelut dengan sinarnya yang perlahan meredup
Sekalipun lelapnya habis dimakan lamunan dalam ranjang usang
Dia tak bisa paham mengapa semua ini terjadi
Tak pernah ada jawaban yang pasti untuknya
Hujan berganti kemarau, kemarau berganti hujan hanya memberikan rindu
Anak lelaki ini hampir lupa caranya menangis
Tawa pun enggan menghias wajahnya yang selalu terlihat murung
Kini, yang tersisa hanya lah ingatan singkat antara ia dan ketulusan
Dimana ia pernah merasa layak dicinta dan dikasihi
Selain kepada kakek dan nenek dari mamanya
Ia tak tahu harus bertanya pada siapa lagi, tentang
"Kapan mama kembali pulang ?".
Tangerang, 7 Januari 2018
Diana