Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pilihlah Lingkungan Tetangga yang Baik, Meski Tidak Ada yang Sempurna

14 Oktober 2023   13:53 Diperbarui: 14 Oktober 2023   14:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oke, aku akan cerita kehidupan, boleh saja kalau pembaca menganggapku kurang etis karena membagi keburukan orang lain di sini.

Cuma sebenarnya bukan itu poinnya. Saya hanya ingin bertanya, memang sudah seperti itukah kehidupan kita?

Atau kebetulan saja saya tinggal di lingkungan yang memang luar biasa?

Dan yang pasti saya sarankan ketika akan membangun atau membeli rumah, lihatlah lingkungannya.

  1. Membakar sampah setiap hari padahal saya kurang nyaman dengan bau bakaran sampah dan panas yang ditimbulkan. Tetangga tersebut sudah paham, kalau saya tidak suka dengan bau bakaran sampah, karena saya pernah berteriak-teriak melarang suami untuk membakar sampah. Meskipun pernah sekali dia bilang, "Bu, maaf, saya membakar sampah ya..!", tetapi tetangga dengan senang hati dan seolah bangga terus membakar sampah tersebut, Tidak hanya itu, bahkan membakar sampah itu berakhir dengan petaka, yaitu terjadi kebakaran. Pada saat kejadian, si pemilik rumah tidak di rumah. Sebagai tetangga, sini sudah membantu untuk menghubungi pemilik rumah tersebut dan meminta tolong warga untuk memadamkan api tersebut, eh, bukannya dapat terima kasih malah dapat lirikan tajam dari si pemilik rumah. Sudah gitu, orang tua dari pemilik rumah tersebut bertanya dengan nada menyalahkan lagi, katanya apakah mungkin kalau kebakaran tersebut disebabkan orang yang iseng membuang puntung rokok ke halaman rumah mereka? Saya terbengong, dan dalam hati "Hah, maksud elo?". Dan yang jadi pertanyaan lagi, memang anaknya tidak bilang dengan jujur, bahwa kebakaran itu disebabkan oleh ulah mereka sendiri yang membakar sampah setiap hari, dan tidak dimatikan ketika mau pergi?

  2. Ayam yang merusak tanaman-tanaman, memecahkan termos

  3. Jam dua belas atau jam dua malam, membangunkan istirahat orang, dan membangunkan itu artinya terus menggedor pintu hingga pemilik rumah bangun, tidak hanya sekedar ketuk pintu dua atau tiga kali, dan itu dilakukan hanya untuk membeli sebatang rokok. Sebatang ya, bukan sebungkus. Memang kejadiannya bulan puasa, yang identik semalaman orang bisa saja tidak tidur karena sedang bulan puasa. Tapi ya tetap ya, kurang etis

  4. Buah mangga yang malang. Aku tahu, tidak ada mangga yang selamat dari tangan anak-anak kecil di sekitar kita jika kita punya pohon mangga yang berbuah. Tapi, aku tidak menyangka akan secepat itu mangga itu dipetik oleh anak-anak tetangga. Mangga Lali jiwo setinggi kurang lebih dua meter, karena cangkokan, jadi sudah berbuah. Dan tentu saja berubahnya mangga tersebut sebagai kebanggaan, sesuatu yang indah untuk dilihat, sesuatu yang dinanti-nanti. Tapi, baru sebesar telur ayam, kalau tidak salah berjumlah tujuh buah, sudah ludes, dipetik semua oleh anak-anak tetangga

  5. Pengeras suara tepat dihadapkan ke arah rumahku. Aku tahu, pengeras suara masjid atau mushola adalah sesuatu yang sering dibahas dimana-mana. Tidak hanya di kalangan non muslim, di kalangan sesama muslim pun saya merasa kurang nyaman dengan suara pengeras suara mushola. Apalagi, mohon maaf nih ya, orang desa, mushola baru, pengeras suara disetel hingga paling maksimal suaranya. Kalau cuma adzan masih bisa diterima, kadang ketika kerja bakti digunakan untuk menyetel musik, hari Senin digunakan untuk acara pengajian seninan, hari Jumat digunakan untuk acara pengajian jumatan, jadi begitulah, kalau pas pengeras suara tersebut berbunyi, aku dan suami, berhadap-hadapan pun harus saling berteriak ketika berbicara. 

  6. Anak kecil, bawah lima tahun, masuk warung dan mengambil sesuatu. Ini juga luar biasa menurut saya. Anak baru umur sekitar tiga setengah sampai empat tahun, mereka diam-diam masuk ke warung (tentu saja saya tidak mengetahui ketika mereka masuk), dan setelah beberapa saat saya mendengar sesuatu bergemerisik di warung, dan saya mendekati warung tersebut, dua anak balita tersebut, berr...lari tunggang-langgang, di masing-masing tangannya sepertinya memegang sebuah plastik berisi mainan, kebetulan warung kami dititipi mainan. Aku tidak habis pikir, ini masih balita lho, bawah lima tahun.

  7. Pohon turi sebagai peneduh rumah bolak-balik dibabat untuk makanan kambing, hingga akhirnya pohon tersebut mati.

  8. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun