Beberapa ahli berpendapat bahwa manusia cenderung memilih jawaban yang lebih mudah dan lebih cepat karena ingin menghemat energi. Seseorang akan lebih memilih menjawab pertanyaan dengan menggunakan intuisi daripada harus mengurai permasalahan sedetailnya.Â
---
Masa Pandemi ternyata bukan hanya memberikan tilas jejak yang suram bagi masyarakat. Apa yang menjadi kekuatiran para ahli dan pemerhati kesehatan mental terjadi secara nyata.Â
Sering terdengar bebas berita-berita bohong menyelinap melalui beragam metode yang diduga sebagai kendaraan bergemanya hoaks di antara masyarakat luas.Â
Berita tentang virus covid-19 hanyalah isapan jempol belaka, bahwa virus tersebut tidak nyata keberadaannya, bahwa dalam vaksin yang disuntikkan ada chip yang ditanam sehingga kita nantinya secara mudah dapat dimonitoring pihak tertentu, dan masih banyak berita-berita yang terkesan begitu meyakinkan.Â
Hmmm.... Menyoal berita "miring" tersebut, saya jadi teringat tentang sebuah teori yang membungkus fenomena ini, saudara.Â
Sudah barang tentu, kali ini pun saya tidak akan membedah secara spesifik salah satu hoaks dari sekian banyak berita yang beredar di masyarakat.Â
Terlepas kendaraan atau metode apa pun yang digunakan, berita bohong--untuk selanjutnya saya sebut sebagai hoaks--dihembuskan, pada realitanya hoaks terasa lebih gurih untuk disantap daripada penjelasan ilmiah. Mungkin juga lebih gurih dari gulai kepala ikan, saudara....Â
Manusia Butuh Sebuah Kepastian
Pada dasarnya secara alamiah manusia cenderung membutuhkan kepastian. Itu natural. Ya, kita memang membutuhkan jawaban atas ketidakpastian yang ada dalam kehidupan ini.Â
Hidup dalam kondisi yang tidak pasti membuat kita merasa tidak nyaman, kita merasa tidak mempunyai kontrol atas situasi yang sedang terjadi, sehingga kita merasa tidak aman dalam menjalaninya.Â