Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

BEM-SI: Kuliah Daring, UKT Kok Ngga Miring?

4 Juni 2020   18:04 Diperbarui: 4 Juni 2020   18:04 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tweeter.com|@aliansibem_si


Keramaian cuitan rakyat republik twiter sempat menerbangkan #MendikbudDicariMahasiswa di posisi trending topic beberapa hari yang lalu. 

Gerakan kaum civitas akademika era milenia lebih memilih pelataran twiter untuk berjuang sebagai bentuk aksi keprihatinan kaum muda pada langit eduasi bangsa mendapat sambutan gegap gempita dari seluruh kalangan penikmat edukasi tingkat perguruan tinggi.

Upaya Aksi Media ini diambil oleh Aliansi BEM Seluruh Indonesia disebabkan tidak adanya tindak lanjut maupun respon atas Surat Tantangan Audiensi Terbuka Kepada Mendikbud RI Nadiem Makarim tertanggal 29 April 2020. Demikian terlansir dari pers release resmi dari BEM-SI. 

Kepincangan fasilitas yang diberikan kepada kaum civitas akademika selama masa pandemi berlangsung tak pernah setara dengan tuntutan Perguruan Tinggi atas Uang Kuliah Tunggal yang terus dipungut dengan tenggat waktu yang harus tepat.

Fasilitas yang disediakan oleh Perguruan Tinggi selama pandemi berjalan hanyalah kuliah daring. Ketersediaan subsidi quota pun agaknya banyak yang tersendat. 

"Kuliah daring, UKT kok ga miring? UKT berjuta-juta subsidi cuma kuota? Fasilitas tak didapat UKT harus dibayar di waktu yang tepat" begitulah cuitan akun @putrisekarrr menanggapi slow respon Mendikbud RI.

Lain lagi dengan @aliensibem_si yang semat melontarkan, "kuliah daring, UKT kok ngga miring?"

Alasan dari birokrasi kampus atas dibebankannya UKT mungkin masuk di akal, karena staff dan karyawan harus diberikan gaji bulanan. Namun perlukah diingatkan bahwa orang tua mahasiswa pun sebagian harus dirumahkan. Semua ikut merasakan.

Aksi yang digelar di pelataran twiter ini dimaksudkan untuk mencolek birokrat tertinggi di jenjang edukasi negri pertiwi ini. Harapan yang digantung mahasiswa di hadapan pejabat kampus tak jua berujung untung. Maka tanpa basa dan basi inilah suara anak negri.

Tumpahan keprihatinan terjadi karena tugas dan materi yang tak lagi dimengerti tertimbun meninggi, telah mencapai titik kulminasi. 

Iya, Tuan, Puan, memang "jer basuki mawa bea". Segalanya membutuhkan harga yang harus dibayar. Tapi ini kaum terpelajar, yang masih ingat bagaimana teori demand and supply harus berjalan bukan sejajar, tapi equilibrium harus dikejar.

Sesuai kabar yang tersiar dari Official Account @aliansibem_si, pada tanggal 3 Juni 2020 wakil Kemendikbud RI Plt. Dirjen Dikti Prof  Ir. Nizam telah menghubungi koordinator aksi terkait guna meresponi aksi media oleh kaum civitas akademika.

Pernyataan resmi Kemendikbud telah dibuat, namun kesepakatan dari para Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negri pun tak mampu menjawab kebutuhan mahasiswa. Opsi yang disodorkan antara lain, menunda pembayaran, menyicil pembayaran, mengajukan penurunan UKT, dan mengajukan bantuan finansial bagi yang berhak.

Dari pernyataan ini jelas sudah jawaban dari pihak Kemendikbud. Bahwa Tidak Akan Ada Kenaikan UKT. Ya, tapi bagaimana bila disandingkan dengan fasilitas yang diberikan kampus selama ini? Bila memang semua fasilitas mampu menampung kebutuhan belajar mahasiswa, maka tak akan ada kerinduan mahasiswa untuk melakukan dialog refleksi.

Kembali dengan sebuah mediasi. Bagaimana kita bisa atasi pandemi tanpa harus kehilangan makna untuk bisa bersama-sama saling memahami kondisi dan situasi. Haruskah mimpi anak negri tereliminasi?

Sudah terbayang seperti apakah nanti keindahan perbincangan antara Kemendikbud dan para mahasiswa ini? Sangat besar harapan kita ada tindak lanjut dan kebijakan tersendiri dalam hal besaran UKT ini. Entah dalam bentuk potongan harga, ataukah tenggat waktu pembayaran yang perlu dikondisikan lebih lanjut?

Mungkin fasilitas yang tersedia bagi anak negri harus dibenahi meski mereka harus belajar di masa pandemi. Bila PSBB telah dilonggarkan dan kebijakan Kemendikbud RI telah bulat untuk tidak mengundurkan jadwal tahun ajaran baru, maka kemungkinan mahasiswa untuk kembali berkuliah secara tatap muka sesuai protokol New Normal akankah kembali terwujud sebagai opsi?

Menu-menu solusi yang lebih baik kami tunggu bersama, wahai birokrat negri, agar konsep yang dulu digadang-gadang sebagai kuliah merdeka itu benar-benar nyata, dan bukan hanya retorika.

Kami tunggu dialog refleksi agar tertuang apa yang disebut sebagai ide murni. Anak-anak negri tak berusaha menurunkan posisi, hanya sedikit gagasan atas kegalauan hati kami, baik orang tua maupun anak-anak pertiwi. 

Salam, 

Hanya seorang rakyat biasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun