2. Meminta bantuan suami
Jika memang diperlukan, mintalah pertolongan dari suami. Hal ini sangat disarankan Mengapa? Seorang wanita dengan segala tuntutan pekerjaan yang begitu beragam membutuhkan pribadi yang mampu diajak bekerjasama untuk melakukan tugas rumah tangga. Mengapa tidak mengajak suami untuk bekerja sama?
Satu hal yang wajib diketahui, adanya miskomunikasi dalam sebuah rumah tangga adalah ketidakmampuan pasangan untuk memahami perbedaan pola pikir satu dengan yang lain.
Seorang laki-laki bila mengalami kesulitan, ia akan meminta tolong kepada seseorang yang ia anggap mampu untuk memberikan solusi. Sedangkan wanita, lebih sering hanya membutuhkan tempat untuk mencurahkan perasaannya, tanpa harus mendapatkan solusi.
Jadi inilah yang seringkali menjadi permasalahan komunikasi antara pria dan wanita. Ketika pria mendapat masalah, si wanita seolah memaksa agar pria mau menceritakan permasalahannya.Â
Begitupula dengan pria. Bila wanita menceritakan permasalahannya, maka si pria akan secepatnya memberikan solusi atas permasalahan tersebut.Â
Apa yang terjadi? Salah paham....(well,...jangan salah saya juga baru berproses dalam hal ini). Mari bersama belajar untuk mampu menempatkan diri Kita masing-masing sesuai porsi dan pola pikir kita.
So, tidak salah bukan, jika seorang ibu meminta pertolongan pada Ayah?
3. Adakan waktu untuk "saya" dan waktu untuk "suami"
Lagi-lagi, saya pun baru belajar untuk mematahkan ego kepemilikan saya pada seseorang yang selama ini hanya saya pikir menjadi waktu bersama kami. Meskipun kebersamaan dalam sebuah keluarga adalah hal yang penting, namun jangan pernah berpikir, bahwa "me time" kita masing-masing adalah hal yang tak penting.
Justru saat-saat inilah yang bisa Kita manfaatkan untuk bergaul seluasnya (tentu dengan batasan norma yang ada) untuk mengembangkan diri Kita sebagai kaum wanita. Atau bisa jadi ini adalah waktu kita bertemu dengan diri kita sendiri.