Semar sebagai tokoh yang berasal dari rakyat biasa, bahkan berangkat dari sebuah profesi yang tidak diunggulkan (pelayan), Â kemudian muncul sebagai tokoh panutan karena konsisten menyuarakan kebenaran, memberikan masukan sebagai saran bagi pembenahan kondisi bangsa ke depan.
Filosofi Semar mendemÂ
Si Semar, seringkali dikaitkan dengan sebuah karakter Pemimpin, diharapkan jangan sampai "mendem" (mabuk), hingga lupa acuan dan mimpi awal, mengusung cita-cita idealis seorang wakil rakyat dan pemimpin bangsa, saat memasuki pintu utama ruang sidang rakyat.
Janji melayani sepenuh hati akan terucap bulan Oktober nanti. Namun janji dan mimpi besar tak akan selesai jika tidak disertai penyelesaian yang nyata. Sedangkan janji dan mimpi memerlukan komitmen, untuk menyelesaikannya dengan baik.
Andakah seorang pemimpin itu? Andakah pemangku janji dan mimpi bangsa ini ? Sungguh bangsa ini membutuhkan pemimpin yang berkomitmen. Bukan hanya kompeten dalam perumusan mimpi yang disebut cita-cita dan janji.
Semar mendem, hmmm, makanan ini memang kezat. Legit dan nikmat mulai dari first bite (gigitan pertama), terus memikat kita untuk lanjutkan ke gigitan selanjutnya.Â
Fla atau yang biasa dipanggil rakyat penikmat semar mendem sebagai "areh", terbuat dari santan kelapa yang diolah menjadi agak kental serupa fla, semakin menambah gurih citarasa Semar mendem. Cobalah sekali waktu, dan nikmatilah falsafah yang terkandung dalam setiap gigitannya.
Jangan mendem (mabuk) dengan kenikmatannya, kenyamanan yang diberikan, kursi empuk, ruang nyaman, dan berbagai fasilitas nan nikmat.Â
Sebab itulah tulisan ini dibuat, hanya sebagai pengingat, bahwa amanat rakyat haruslah selalu dikawal ketat.
Sebuah falsafah Jawa yang juga menjadi filosofi hidup seorang pemimpin yang kita kenal sebagai Presiden Jokowi, menutup tulisan saya.Â
"Lamun siro sekti, ojo mateni (meskipun kamu sakti/kuat, Â jangan suka menjatuhkan) ,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!