Mohon tunggu...
Dadang Hermawan
Dadang Hermawan Mohon Tunggu... Penulis Lepas -

Sabtu Minggu Hibernasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dikotomi Meminta Maaf dan Memaafkan

13 November 2017   18:22 Diperbarui: 13 November 2017   18:46 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Image : http://drjamesdobson.org/

Dua Padanan kata tersebut terdengar mirip, sebab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu maaf. Namun keduanya memiliki fungsi berbeda. Keduanya telah berubah menjadi kata kerja. Sebab diiringi oleh kata di depannya atau ada tambahan imbuhan kata. Meski berbeda fungsi, namun keduanya tidak bisa dipisahkan dari kata dasar yang menjadi point penting kemunculan kedua kata tersebut. Maaf menurut KBBI memiliki makna memberi kan ampunan atas segala hukuman, meminta ampunan atas segala kesalahan, dan meminta izin untuk melakukan sesuatu.

Kata Maaf, memang sebuah kata sederhana. Namun dalam prakteknya, kata ini sering sekali tidak mendapatkan tempat yang semestinya sesuai dengan kandungan makna sesungguhnya. Sebab, tidak mudah kata ini diucapkan ataupun diberikan. Kata Maaf, berkaitan dengan Nurani bahkan bisa jadi berasal dari Nurani. Jika kita telaah lebih jauh, kata Maaf memang tidak selalu berarti permohonan ampunan atas kesalahan. Kata Maaf juga bisa digunakan untuk menunjukan sikap sopan dan santun kepada yang lebih tua atau seseorang yang kita segani. Fungsi kata Maaf memang luas, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Meskipun hanya terdiri dari 4 huruf, Maaf memiliki fungsi sebagai perubah keadaan.

Kata Maaf, seharusnya diiringi dengan perubahan. Sederhananya, jika kita telah melakukan kesalahan baik itu kesalahan besar atau kecil kita pasti akan melakukan permintaan Maaf, baik langsung dilakukan saat itu juga atau dilain waktu. Namun sebenarnya bukan masalah kecepatan waktu meminta Maaf, urgensi yang paling utama adalah disertai dengan perubahan sikap. 

Namun, kalimat perubahan sikap sekarang telah mengalami penyempitan kata kerja. Sebab, kalimat perubahan sikap selalu ditujukan kepada yang melakukan kesalahan. Memang seharusnya demikian, sebab yang berbuat salah adalah pihak yang melakukan kesalahan. Jadi, sudah sepantasnya pihak tersebut yang harus melakukan perubahan sikap sehingga bisa diterima kembali oleh pihak yang dimintakan maaf.

Jika kita hendak berpikir bijak, seharusnya ketika kata maaf telah terucap hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah melakukan perubahan sikap yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Bagaimanapun kesalahan yang dilakukan katakanlah oleh pihak A, tidak akan mungkin terjadi jika tidak ada sebab yang dilakukan oleh pihak B. Jadi, dengan keduanya melakukan perubahan sikap menjadi lebih baik lagi, urgensi maaf yang sesungguhnya bisa tercapai. Berbicara tentang Dikotomi Maaf, maka ada dua hal yang harus kita ketahui :

Pertama, Kata Maaf itu berkaitan dengan Nurani, yang merupakan hasil dari Komunikasi Intrapersonal, dan hal tersebut selalu berkaitan dengan Komunikasi Transendental.


Kedua, Kata Maaf berkaitan dengan bagaimana kita membentuk kembali hubungan baik dengan manusia lain.

Meminta Maaf, menjadi sebuah hal yang mudah untuk diucapkan dan memberikan maaf pun menjadi sebuah hal yang mudah pula untuk diucapkan. Tapi, hal yang utama dari kedua kata kerja tersebut adalah perubahan sikap menjadi lebih baik agar kedua belah pihak masing-masing bisa menerima dan saling memaafkan lahir dan bathin. Tidak hanya sebatas lisan. 

Pembahasan lebih jauh mengenai meminta maaf dan memaafkan tidak selalu terjadi dalam komunikasi interpersonal saja, tetapi bisa dilakukan dalam komunikasi intrapersonal. Memaafkan diri sendiri, adalah sebuah keharusan yang harus kita lakukan. Jangan terlalu memvonis diri bersalah jika kita belum mendapatkan maaf lahir bathin dari seseorang. Sebab hal tersebut malah menimbulkan permasalahan baru, terutama masalah psikis. jadi, marilah mulai memaafkan diri sendiri jangan terlalu memvonis diri bersalah. Memang akan tidak mudah untuk diterima kembali, oleh mereka yang telah kita singgung perasaannya. Namun yang utama adalah terus fokus untuk memperbaiki sikap.

Meminta maaf bukanlah hal yang hina

Namun suatu hal yang bersifat Mulia

Tidak mudah memang untuk memaafkan

Sebab terkadang disulut ego yang tak berkesudahan

dhn, 13 November 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun