Mohon tunggu...
Destinhuru Hend Dhito
Destinhuru Hend Dhito Mohon Tunggu... ASN dan Penulis

Fokus pada Solusi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Karakter Elit, Menawarkan Perubahan Sambil Berpelukan

12 Agustus 2025   01:03 Diperbarui: 11 Agustus 2025   20:06 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita sering lupa satu hal: tak ada kapal yang mau berlayar kalau nakhodanya merasa kompasnya dirampas. Begitu juga dengan perubahan negara---ia tak akan berlayar kalau para pengendali setir merasa dipaksa melepas kemudi.

Itulah sebabnya, agenda reformasi yang sungguh-sungguh jalan bukanlah yang datang dari teriakan luar pagar, melainkan yang tumbuh seperti kebun di halaman mereka sendiri. Bukan menggedor pintu, tapi membuat ruang tamu mereka terasa nyaman untuk membicarakan masa depan.

Bahasa yang Mengundang, Bukan Menghakimi

Seperti kata seorang tua, "orang hanya akan ikut perjalanan kalau mereka merasa diundang, bukan didesak."
Kepada para elite, kita tak datang membawa papan tuntutan seperti debt collector, melainkan membawa peta harta karun yang jalannya sudah mereka kenal, tapi petanya kita perjelas.

Bukan, "Kalian penyebab masalah ini!"
Tapi, "Kita punya kesempatan mencatat sejarah bersama. Dan posisi Anda sangat strategis untuk itu."

Memberi Peran Terhormat dalam Skenario Perubahan

Dalam politik, reputasi adalah emas murni. Elite yang kehilangan citra akan lebih defensif daripada yang kehilangan uang. Karena itu, agenda perubahan harus memuat bab khusus: peran mulia untuk mereka.
Kita tawarkan identitas baru yang membuat mereka tetap gagah di panggung sejarah: dari "penjaga status quo" menjadi "pengubah jalan negeri" atau "arsitek transisi damai".

Jeda: Waktu Bernapas untuk Semua

Perubahan yang baik seperti meracik kopi: harus ada waktu seduh, bukan langsung diseduh dan ditenggak.
William Bridges menyebutnya neutral zone---masa di mana yang lama sudah dilepas, tapi yang baru belum sepenuhnya dipakai. Inilah masa yang memberi elite ruang untuk menyesuaikan diri, merapikan jaringan, dan menyusun narasi.
Bukan karena kita lambat, tapi karena kita mau semua ikut sampai tujuan.

Mengganti Musuh dengan Simbol Kebersamaan

Kalau rakyat terus melihat elite sebagai musuh, mereka akan membalas dengan tembok. Tapi kalau kita perlihatkan bahwa ada "tim nasional" yang bisa dibentuk---gabungan rakyat dan elite---maka tembok itu pelan-pelan berubah jadi jembatan. "Negeri ini bukan milik penguasa atau rakyat saja. Ini rumah bersama, dan kita sedang belajar kembali cara jadi tetangga yang baik."

Keuntungan yang Adil, Bukan Rente yang Memiskinkan

Elite tak harus rugi untuk bersih. Justru kalau sistemnya sehat, mereka bisa tetap untung---tapi tanpa biaya keamanan bawah meja atau belanja politik gelap. Kita ganti rente dengan insentif legal, pasar sehat, dan dividen nasional yang membuat semua ikut menikmati.
Keuntungan mereka tetap ada, hanya jalurnya diubah---lebih stabil, lebih terhormat, dan lebih tahan lama.

Penutup: Semua Menang, Semua Diundang

Agenda perubahan bukan untuk "menghukum yang di atas" atau "membalas dendam yang di bawah". Ini undangan makan malam di meja besar bangsa. Kursinya cukup untuk semua yang mau duduk dan ikut menata.
"Kalau mau bikin rumah, jangan cuma bikin atap yang kokoh. Pastikan semua penghuni betah di dalamnya."

Perubahan sejati terjadi saat semua merasa memiliki rencana itu---dan semua merasa aman berjalan di jalurnya. Karena perubahan yang dipaksakan mungkin cepat, tapi perubahan yang dimiliki bersama akan bertahan lebih lama dari umur kita.

Oleh
Destinhuru Hend Dhito dan Artificial Intelligence

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun