Kita sering lupa satu hal: tak ada kapal yang mau berlayar kalau nakhodanya merasa kompasnya dirampas. Begitu juga dengan perubahan negara---ia tak akan berlayar kalau para pengendali setir merasa dipaksa melepas kemudi.
Itulah sebabnya, agenda reformasi yang sungguh-sungguh jalan bukanlah yang datang dari teriakan luar pagar, melainkan yang tumbuh seperti kebun di halaman mereka sendiri. Bukan menggedor pintu, tapi membuat ruang tamu mereka terasa nyaman untuk membicarakan masa depan.
Bahasa yang Mengundang, Bukan Menghakimi
Seperti kata seorang tua, "orang hanya akan ikut perjalanan kalau mereka merasa diundang, bukan didesak."
Kepada para elite, kita tak datang membawa papan tuntutan seperti debt collector, melainkan membawa peta harta karun yang jalannya sudah mereka kenal, tapi petanya kita perjelas.
Bukan, "Kalian penyebab masalah ini!"
Tapi, "Kita punya kesempatan mencatat sejarah bersama. Dan posisi Anda sangat strategis untuk itu."
Memberi Peran Terhormat dalam Skenario Perubahan
Dalam politik, reputasi adalah emas murni. Elite yang kehilangan citra akan lebih defensif daripada yang kehilangan uang. Karena itu, agenda perubahan harus memuat bab khusus: peran mulia untuk mereka.
Kita tawarkan identitas baru yang membuat mereka tetap gagah di panggung sejarah: dari "penjaga status quo" menjadi "pengubah jalan negeri" atau "arsitek transisi damai".
Jeda: Waktu Bernapas untuk Semua
Perubahan yang baik seperti meracik kopi: harus ada waktu seduh, bukan langsung diseduh dan ditenggak.
William Bridges menyebutnya neutral zone---masa di mana yang lama sudah dilepas, tapi yang baru belum sepenuhnya dipakai. Inilah masa yang memberi elite ruang untuk menyesuaikan diri, merapikan jaringan, dan menyusun narasi.
Bukan karena kita lambat, tapi karena kita mau semua ikut sampai tujuan.
Mengganti Musuh dengan Simbol Kebersamaan
Kalau rakyat terus melihat elite sebagai musuh, mereka akan membalas dengan tembok. Tapi kalau kita perlihatkan bahwa ada "tim nasional" yang bisa dibentuk---gabungan rakyat dan elite---maka tembok itu pelan-pelan berubah jadi jembatan. "Negeri ini bukan milik penguasa atau rakyat saja. Ini rumah bersama, dan kita sedang belajar kembali cara jadi tetangga yang baik."