Di ruang rapat kekuasaan, nasihat moral sering terdengar seperti suara hujan di atap seng---ramai, tapi tidak mengubah arah kapal.
Para elite bukan tidak tahu bedanya benar dan salah. Mereka sudah mendengar khutbah moral itu sejak masa sekolah, dari mimbar, sampai ruang konferensi. Masalahnya, moralitas tanpa arah strategi hanya membuat mereka mengangguk, lalu kembali ke rutinitas lama.
"Elite tidak bergerak hanya karena diingatkan akan nilai-nilai, tetapi karena mereka melihat jalur yang jelas, aman, dan menguntungkan untuk bergerak."
Mengapa Peta Jalan Lebih Ampuh daripada Khutbah
Dalam dunia rekayasa sistem, Â kita belajar satu prinsip: struktur mengarahkan perilaku.
Jika Anda ingin perilaku berubah, jangan hanya bicara, ubah lingkungannya, atur insentifnya, dan tunjukkan tahapan yang aman menuju tujuan baru.
Elite bekerja seperti pilot pesawat besar. Mereka tidak akan mengubah arah hanya karena ada penumpang yang berkata, "Kita seharusnya ke sana." Mereka butuh peta rute, koordinat tujuan, titik pengisian bahan bakar, dan perkiraan cuaca.
Teori: Transition Management
William Bridges membedakan antara change (perubahan situasi) dan transition (perubahan batin).
1. Ending -- melepas cara lama.
2. Neutral Zone -- masa transisi yang membingungkan.
3. New Beginning -- awal baru yang sudah tertanam dalam identitas.
Tanpa peta jalan yang memandu ketiga tahap ini, elite akan memilih bertahan, karena status quo terasa lebih aman.
Analogi Sederhana
Bayangkan Anda punya teman yang selama 20 tahun tiap pagi minum kopi hitam tanpa gula. Suatu hari Anda bilang, "Kopi susu lebih sehat buatmu."
Kalau cuma dikasih tahu begitu, besar kemungkinan dia tersenyum lalu tetap bikin kopi hitam. Tapi kalau Anda bilang: