Saya pernah mencoba untuk berhenti menulis, tapi akhirnya saya kembali lagi menjamah laptop milik istri dan mulai mengetikkan tuts keyboard sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Tidak banyak karya saya yang layak untuk dibaca, tapi dari karya itulah pikiran saya menemukan jalan, termasuk jalan untuk tetap melanjutkan hidup.
Pada 2014 lalu, saya pernah bertanya kepada seorang Jurnalis Wonosobo Ekspres, saya tanya kepada beliau, "bagaimana caranya mendapatkan uang dari tulisan?" pertanyaan tersebut saya ajukan tentu bukan tanpa alasan, saya bertanya demikian karena saat itu saya membutuhkan uang agar saya tidak dianggap sebagai pengangguran. Lalu apa jawaban sang jurnalis?
"Dhimas, jangan mikir dapat uangnya, pikirkan dulu gimana caranya tulisanmu bagus, kalau tulisanmu bagus, nanti uang yang akan nyari kamu," jawab jurnalis tersebut sembari melanjutkan pekerjaannya menulis berita.
Tentu saja saya tidak puas dengan jawaban tersebut, kala itu yang saya inginkan adalah, saya membuat sebuah tulisan, lalu saya mendapatkan bayaran dari tulisan yang saya buat, tapi ternyata hal tersebut tidaklah semudah menyanyikan lagu baby shark doo doo doo doo doo doo.
Tapi saya percaya bahwa menulis adalah cara paling mudah untuk menyandang gelar konten kreator, tak perlu berdandan, tak perlu tampil kece di depan kamera, bahkan tak perlu memiliki gawai spek tertentu, cukup sebuah laptop dan secangkir kopi hitam, lalu tuangkan ide di atas layar ms word.
Seiring perjalanan waktu, saya mulai percaya diri untuk menyebut diri sebagai seorang penulis, sebagian kawan ada yang menyebut saya sebagai wartawan, tapi profesi tersebut sepertinya terlalu berat bagi saya.
Salah satu hal yang cukup sentimental dalam dunia penulisan terutama penulisan di media online adalah perihal honor, membahas perkara honor menulis di media online seakan seperti membahas perihal menstruasi pada anak sekolah, tabu namun tetap harus dijelaskan.
Ada sebagian penulis online yang bisa mendapatkan uang setara UMR, ada pula yang mendapatkan uang secara fluktuatif alias kadang banyak kadang sedikit, bahkan ada juga yang sudah menulis bertahun-tahun tapi belum pernah merasakan mendapatkan honor dari menulis.
Kini ada sebuah momen di mana kehidupan saya terselamatkan berkat menulis, di mana pada tanggal 29 September 2025, saya mendapatkan transferan dana yang cukup menyelamatkan hidup saya dan keluarga dari rasa lapar.
Saya dan Istri memang memiliki penghasilan masing-masing, tapi keuangan kami terkadang memang tidak stabil, sehingga saya harus melakukan segala cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan, mulai dari menghadiri undangan sebagai narasumber, membungkus camilan lalu dijual ke temen kantor, dan aktifitas menulis  seperti yang saya lakukan saat ini.
Saat gaji saya dan gaji istri sudah habis, uang kami berdua tinggal 20.000 dan nominal tersebut hanya bisa kami gunakan untuk membeli bensin dan bubur untuk anak kami, sementara beras tinggal menyisakan 1 setengah porsi untuk esok hari.