Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pos Ronda Adalah Tempat Membangun Peradaban dan Berkumpulnya Para Filsuf

11 September 2025   11:31 Diperbarui: 11 September 2025   11:31 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: Copilot Generated AI

Ketika saya tinggal di sebuah perumahan, kala itu satpam yang biasa jaga malam telah resign, akhirnya para warga bersepakat untuk mengaktifkan Ronda atau SISKAMLING (Sistem Keamanan Keliling) secara mandiri. Aktivitas SISKAMLING ini tidak hanya menjaga keamanan perumahan saja, lebih dari itu, agenda Ronda justru menjadi ajang berkumpul para bapak-bapak yang terkadang memiliki kapabilitas untuk membuat jokes ataupun kata-kata bijak, meski kadang jayus, lucu ataupun di luar nalar, tetapi agenda Ronda adalah sarana bapak-bapak untuk beradu logika dan pemikiran.

Lalu bagaimana dengan Pos Ronda di tempat saya? Nah, kebetulan di perumahan saya ada Pos Satpam dengan latar yang cukup untuk menampung 8-10 orang, sehingga dengan sedikit renovasi, jadilah Pos Satpam sebagai arena beradu logika alias tempat ronda.

Saya pernah satu kelompok ronda dengan Bapak-bapak yang mengklaim bahwa Pandemi Covid-19 adalah konspirasi semata, bahkan dirinya berani mengklaim untuk bersalaman dengan pasien terkonfirmasi covid tanpa menggunakan APD, padahal dirinya tahu bahwa saya adalah tenaga kesehatan yang kala itu sempat menunggu pasien menjemput ajal karena sulitnya mendapatkan oksigen dalam tabung dan tempat rujukan.

Bapak tersebut mengaku kerap chatting dengan orang luar negeri, dan berkumpul secara daring bersama warganet yang juga sepemikiran dengannya, tentu saja di sini saya kalah telak saat berdebat dengannya, apalagi gaya bicaranya mirip seperti Jerinx SID yang kala itu juga berkeyakinan bahwa Covid-19 hanyalah konspirasi.

Salah satu upaya penyelamatan saya kala itu adalah dengan membawa gitar dan mengiringinya saat kami sedang klangenan dengan lagu lawas. Percumah berdebat denganya karena dengan logika semacam apapun, dia akan tetap gaspoll menelorkan fatwa-fatwa yang ia yakini, bukan memberi tesis berdasarkan lonjakan kasus maupun sains.

Di sisi lain, saya juga pernah ronda dengan anak muda yang terpaksa menggantikan bapaknya yang terkena stroke, singkat cerita, bapaknya sempat menjadi kepala sekolah di sebuah SD dan memiliki usaha sampingan yakni arisan motor dan mobil, namun setelah terkena stroke, justru kekayaan keluarganya perlahan menghilang, bahkan tidak sedikit nasabah yang menagih uang arisan yang tak jelas kemana ujungnya. Singkat cerita, keluarga yang mengelola tersebut tidak memiliki kemampuan pembukuan yang baik, sehingga uang arisan tidak berputar sebagaimana mestinya. Darinya saya belajar bahwa sangat mudah bagi Tuhan untuk membuat hambaNya dari kaya menjadi tidak kaya ataupun sebaliknya.

Yang paling unik, saya pernah satu grup ronda dengan seseorang yang hingga tulisan ini terbit, ia tidak memutuskan untuk menikah, usianya kini sudah sepantaran Chris John (Mantan Petinju Profesional), dia beragama Katolik dan Saya Seorang Muslim, ketika kami berdiskusi perihal agama, justru saya kembali menemukan alasan untuk tetap meyakini agama saya dan dirinya juga tetap meyakini agamanya.

Kami jarang berdebat kusir seperti bapak pegiat konspirasi, darinya justru saya belajar bahwa hidup ini yang penting harus bahagia walaupun dengan cara yang sederhana, saya menemukan sosok filsuf darinya, bahkan tak jarang keakraban di pos ronda berlanjut di kehidupan keseharian kami, di mana dia tahu-tahu mengirimkan makanan dan aneka jajanan ketika saya dan sekeluarga harus menjalani isolasi mandiri di rumah.

Aktivitas Ronda bukan hanya sekadar upaya meningkatkan keamanan, justru Pos Ronda  bisa menjadi arena diskusi bagi bapak-bapak yang terjebak oleh rutinitas harian, sehingga Ronda bisa menjadi ajang saling srawwung untuk lebih mengenal warga.

Pos Ronda tidak harus berbentuk seperti bentuk konvensional, Pos Ronda bisa juga berbentuk seperti teras rumah ataupun tempat parkir dengan gelaran tikar, Pos Ronda tidak hanya sekadar tempat berkumpulnya para bapak-bapak, dari situlah diskusi, perdebatan hingga obrolan warung kopi akan muncul, di mana gagasan yang keluar dari kepala bapak-bapak akan diuji keabsahannya dan di mana jokes akan diuji kelucuannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun