Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Perawat - Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Problematika Kuliah Salah Jurusan, Lebih Baik Terusin atau Pindah?

20 Juni 2020   09:29 Diperbarui: 25 Juni 2020   04:38 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi salah mengambil jurusan saat kuliah (Sumber: Thinkstock via edukasi.kompas.com)

Istilah salah jurusan kerap ditujukan kepada mahasiswa yang "lemah" terhadap pilihannya, saya katakan lemah karena faktanya dia memiliki keunggulan lain di bidang yang tidak diinginkannya, namun dia tidak cukup kuat untuk bertahan dengan 1 jurusan yang dipilih.

Saya pribadi pernah mendapatkan kalimat "koe salah jurusan mas" oleh teman sekelas saya. Teman saya bilang kalau orang seperti saya tidak cocok kuliah di jurusan keperawatan. Entah apa yang mendasari mereka berkata demikian. Mungkin karena seringnya saya mengulang alias remidi saat praktikum skill lab.

Salah satu kawan lama saya kebetulan sudah pernah mengenyam pendidikan tinggi di 3 jurusan yang berbeda, yakni musik, ekonomi, dan dakwah. Ketiga jurusan tersebut rupanya tidak ada yang diselesaikannya.  

Ketiga jurusan tersebut rupanya telah membawa dirinya pada jalan hidup yang berbeda pula. Misalnya saat dirinya kuliah di jurusan dakwah, dia sempat mengundang teman-temannya untuk menjadi jamaahnya. 

Lalu ketika dirinya kuliah di jurusan ekonomi, dia juga sempat membuka usaha laundry meski tidak berlangsung lama, dan ketika dia kuliah di jurusan musik dia mencoba peruntungannya untuk mempromosikan lagunya di YouTube.

Namun channel YouTube-nya ternyata berpindah haluan konten, yang awalnya berisi musik unplugged eh ternyata kawan lama saya tersebut malah getol berkampanye. Singkat kata dirinya mengajukan diri menjadi calon legislatif DPRD Provinsi.

Namun, keberuntungan belum berpihak kepadanya. Impian untuk menjadi anggota DPRD Provinsi harus ia ikhlaskan karena perolehan suara yang masih kalah dengan caleg yang lebih senior. Status pekerjaan di KTP pun masih belum berubah, tetap tertulis sebagai mahasiswa.

Pendidikan terakhir di curiculum vitae-nya hanya lulusan SMA sampai dia dinyatakan tidak lolos menjadi anggota DPRD Provinsi.

Mengingat kisah rekan saya tersebut, saya jadi berandai-andai, andai dirinya menyelesaikan satu kuliahnya saja entah ekonomi, musik atau dakwah. 

Tentu selain ilmu dan ijazah yang didapat maka sudah pasti akan ada sedikit kepercayaan publik ketika hendak memilihnya untuk jadi anggota DPRD. Meskipun ada juga anggota DPR yang hanya lulusan SMA.

Ketika saya temui bapaknya, beliau mengatakan bahwa anaknya tersebut merasa tidak betah dan minta pindah jurusan, permintaan untuk pindah jurusan pun langsung diterima oleh bapaknya. Hipotesis saya sementara ini adalah pindah jurusan tidak menjamin membebaskan kita dari tekanan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun