Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Perawat - Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Paradoks Perkembangan Teknologi

11 Juni 2020   17:31 Diperbarui: 11 Juni 2020   18:18 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo by @yapics | unsplash.com

Perkembangan teknologi yang sangat cepat memang tak bisa dibendung. Saya masih ingat ketika bapak saya mengetik dokumen dengan menggunakan mesin ketik, suara yang berisik dari dentuman tuts mesin ketik terkadang membuat saya tidak bisa menikmati sajian di televisi kala itu. 

Namun kini bapak saya yang hendak pensiun tersebut sudah lihai dengan aplikasi microsoft word yang ada di laptopny. Penggunaan laptop memang tidak menghasilkan suara yang berisik ala mesin ketik, masalahnya bapak saya tidak cukup protek dengan virus-virus komputer, sehingga virus komputer kerap kantor menular dengan cepat melalui media flashdisk.

Sadar atau tidak bahwa dunia ini penuh dengan paradoks. Penemuan atau kebaruan atas sesuatu terkadang justru menimbulkan masalah baru yang berdampak serius. Keberadaan komputer yang menggantikan mesin ketik memang semakin memudahkan manusia. Namun virus komputer ternyata menjadi masalah tersendiri yang tak bisa diabaikan.

Mari kita tengok sejarah masa lalu sekira tahun 60an. Dulu piringan hitam merupakan sesuatu yang hanya bisa dimiliki oleh kaum borjuis. Era tersebut lenyap setelah kaset pita muncul menggantikan piringan hitam. Inovasi kaset pita menawarkan track lagu yang lebih banyak dengan ukuran yang lebih kecil dan mudah dibawa.

Keberadaan pita kaset ternyata disusul dengan adanya tape recorder. Dengan perangkat tersebut para penikmat musik kala itu dapat dengan mudah merekam lagu kesukaannya. Dari sinilah trend pembajakan dimulai karena tape recorder memudahkan siapapun untuk merekam lagu baik dari radio ataupun dari kaset tape ke kaset kosong yang dijual bebas.

Era kaset pita ternyata membuka mata pencaharian baru, saat itu toko-toko elektronik banyak yang menyediakan jasa berupa merekam lagu berdasarkan pesanan pelanggan, dan hal inipun diminati masyarakat secara luas.

Pada tahun 1967 oknum-oknum yang menjual 'kaset gelap' menjamur dimana-mana. Bagaimana tidak diminati, harga kaset original yang berisi maksimal 12 lagu saat itu mencapai Rp 1200, sedangkan 'kaset gelap' yang dapat memuat lebih dari 20 lagu hanya dijual seharga Rp 600.

Pada tahun 1971, berbagai media cetak banyak memberitakan betapa kaset bajakan merupakan ancaman serius bagi industri Production House di Indonesia.

Inovasi kaset pita dan tape recorder telah mempermudah siapapun untuk bisa mendengarkan lagu tanpa harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal.

Pemerintah pun masih bingung mengenai alur dan standard dari penanganan kasus pembajakan. Apakah kasus perekaman ilegal ini akan disebut pembajakan ataukah pemalsuan karya.

Pembajakan ini pun semakin berkembang sampai pada era VCD. Saat itu VCD original paling murah seharga rata-rata Rp 35.000. Sedangkan VCD bajakan yang ada di pasar bisa kita dapatkan seharga Rp 5000 saja. Jujur saja, saya-pun belum pernah membeli VCD original, karena selain harganya yang mahal, di kota saya dulu memang tidak sulit untuk mendapatkan CD yang original.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun