Mohon tunggu...
Dhiaulhaq
Dhiaulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Seni

Dari Semarang ke Dunia: Keroncong UNNES Dideklarasi Menuju Warisan Budaya UNESCO

23 Juni 2025   13:27 Diperbarui: 23 Juni 2025   13:27 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semarang --- Alunan nada berpadu syahdu di Auditorium Prof. Wuryanto, Universitas Negeri Semarang (UNNES), Sabtu malam. Di balik harmoni yang mengalun, tersimpan misi besar yaitu mengangkat musik keroncong sebagai warisan budaya tak benda dunia melalui UNESCO. Perayaan Hari Musik Sedunia kali ini bukan sekadar seremonial, melainkan menjadi momentum bersejarah dalam diplomasi budaya Indonesia ke tingkat global. Bertajuk Fte De La Musique: Keroncong dari Indonesia untuk Dunia, acara ini menjadi panggung bagi keroncong untuk kembali berbicara dalam skala internasional dari Semarang menuju panggung dunia.

Keroncong dan Jalan Menuju UNESCO
Acara ini menjadi titik tolak dengan dibacakannya Deklarasi Rekognisi UNESCO untuk musik keroncong sebagai warisan budaya tak benda dunia. UNNES, melalui Program Studi Pendidikan Seni Musik, menjadi motor utama inisiatif ini, bekerja sama dengan komunitas keroncong serta musisi dari Indonesia dan Malaysia.
"Musik keroncong adalah mahakarya budaya yang hidup dan tumbuh secara turun-temurun. Melalui peringatan ini, kami ingin mengangkat kembali keroncong agar terus lestari dan relevan," tegas Abdul Rachman, M.Pd., Koordinator Prodi Pendidikan Seni Musik UNNES. Selain deklarasi, sejumlah komunitas keroncong juga menerima penghargaan atas peran mereka dalam menjaga eksistensi musik ini di tengah derasnya arus modernisasi. Keberadaan mereka menjadi benteng budaya yang terus menyuarakan keroncong di panggung lokal hingga internasional.

Panggung Internasional Bernuansa Tradisi
Sorotan tak hanya datang dari dalam negeri. Musisi dari Malaysia turut ambil bagian, menunjukkan bahwa keroncong bukan hanya milik Indonesia, tetapi sudah menjadi bagian dari ekspresi budaya serumpun.
Beberapa grup seperti Cong Rock17, Kumpulan Keroncong Tunku Langit, Sujana Bakti, hingga Gemersik Bayu dari UPSI Malaysia turut tampil memukau. Penampilan lintas negara ini menjadi simbol kuat bahwa keroncong memiliki daya hidup lintas batas.
"Warisan budaya tak benda harus tetap diinovasikan dan diwariskan. Mendaftarkan ke UNESCO memang penting, tapi lebih penting lagi menjadikannya hidup di generasi muda," ujar Prof. Ismunandar, Ph.D., Staf Khusus Menteri Kebudayaan RI.
Diplomasi Budaya ala Kampus Konservasi. Perayaan ini juga menjadi refleksi dari komitmen UNNES sebagai kampus konservasi budaya. Rektor UNNES, Prof. Dr. S Martono, M.Si., menegaskan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab seniman atau akademisi seni, tetapi menjadi bagian dari proses pendidikan transformatif.
"Melalui perayaan Hari Musik Dunia ini, UNNES tidak hanya merayakan musik, tetapi juga meneguhkan komitmen sebagai kampus konservasi yang menjadikan budaya sebagai bagian dari proses akademik, identitas, dan diplomasi bangsa," jelasnya.

Bukan Sekadar Musik, Ini Soal Identitas
Lebih dari 500 peserta memenuhi auditorium, mulai dari mahasiswa, dosen, musisi, hingga tokoh budaya. Deretan musisi lokal seperti Alfa Bintang, Hendra Kumbara, Orkes Keroncong PSM UNNES, dan Komunitas Warung Keroncong tampil bergantian, membuktikan bahwa keroncong masih punya tempat di hati anak muda.
Tak ketinggalan, kehadiran akademisi dan musisi dari Malaysia seperti Dr. Marzelan Salleh (Universiti Malaya), Dr. Alia Farahnin (UiTM), hingga Jamilah Binti Abu Bakar (UPSI), menjadikan acara ini ajang pertukaran budaya sekaligus penguatan jejaring antarnegara.
"Jika musik adalah bahasa universal, maka keroncong adalah aksennya Indonesia," ujar Yoga mahasiswa program studi seni musik sambil mengangkat tangan penuh semangat.

Penutup
Perayaan ini bukan akhir, melainkan awal dari perjuangan panjang diplomasi budaya. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, keroncong tidak lagi hanya milik masa lalu, melainkan harapan masa depan. Dan dari UNNES, semangat itu dinyalakan kembali agar suara keroncong tak pernah padam, di telinga dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun