Mohon tunggu...
dhiah aryasih
dhiah aryasih Mohon Tunggu... -

A little celebration of freedom. Twitter : @dhiaryasih

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Itu... Memetik Inspirasi dan Menginspirasi

21 Mei 2015   20:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:44 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selama satu semester terakhir, penulis mengikuti mata kuliah Entrepreneurship Curriculum. Awalnya, sungguh membingungkan dan membuat hati ciut. Membayangkan membuat kurikulum saja sudah sulit, ditambah harus berdasarkan entrepreneurship, pasti lebih sulit lagi. Namun syukurlah, kelasnya menyenangkan dan kami para inquirers dituntun langkah per langkah untuk menyusun kurikulum. Dimulai dari perkenalan apa itu kurikulum sampai bagaimana langkah menyusunnya, semua dituntun dengan proses belajar yang menarik, menyenangkan, dan mudah untuk dipahami. Bagi penulis pribadi, hal yang paling berkesan dalam mata kuliah ini adalah saat para mahasiswa diminta mempresentasikan kurikulum seperti apa yang mereke inginkan. Di sana penulis mendapat banyak inspirasi baru dan juga menemukan teman-teman yang memiliki idealisme yang mirip dengan penulis.

Ketertarikan penulis ada pada personal skill atau keterampilan, yang sebaiknya dimiliki setiap anak. Menurut opini pribadi penulis, dengan memiliki keterampilan, seorang anak akan memiliki nilai lebih dalam persaingan di real life. Saat penulis mengutarakan kurikulum seperti apa yang ingin penulis buat, penulis menayangkan sebuah video yang berisi lagu dengan lirik yang cukup provokatif. Dalam lirik lagu tersebut, terdapat pertanyaan mengenai mengapa kita harus pergi ke sekolah, mempelajari algoritma, membedah kodok, dan lain sebagainya, namun saat dewasa, kita bahkan tidak tahu cara membayar pajak sendiri karena sekolah tidak pernah mengajarkannya. Hal itu lah yang membuat penulis memiliki pemikiran, sekolah juga perlu mengajarkan keterampilan lain selain mata pelajaran umum. Akan lebih baik jika sekolah (terutama menengah atas) memberikan ekstra perhatian terhadap persiapan murid menuju real life.

Setelah melalui satu semester dengan para inquirers di mata kuliah Entrepreneurship Curricullum, penulis menyadari kurikulum bukan sekadar hal yang perlu di-studi banding-kan ke luar negeri, atau tidak sesederhana mengubah dari ‘guru’ menjadi ‘fasilitator’. Bagi penulis, kurikulum adalah desain untuk mendidik anak-anak supaya menjadi sesuatu yang memang kita idam-idamkan. Apabila kita menginginkan anak-anak dapat menjadi anak yang cerdas, kita bisa saja mendesain kurikulum yang menuntut anak tersebut hingga menjadi cerdas. Namun, tuntutan di masa kini tidak hanya cerdas. Seorang anak diharapkan menjadi individu yang memiliki karakter baik, ditinjau dari personal maupun sosial. Kelas Entrepreneurship Curricullum memberikan penulis kesempatan untuk mengetahui langkah-langkah dasar dalam penyusunan kurikulum, sesuai dengan minat penulis.

Langkah dasar dalam menyusun kurikulum idaman penulis adalah mengetahui tujuan, nilai dan manfaat dari kurikulum yang akan disusun tersebut. Pertama-tama, mengapa menentukan tujuan di awal sangat penting dalam menyusun kurikulum? Dikarenakan tujuan memberikan arah dalam perjalanan menyusun kurikulum ini. Sebagai desainer kurikulum, kita harus tahu, tujuan kita dalam menyusun kurikulum, seperti apa hasil akhir yang kita inginkan. Setelah melalui tahap tersebut, barulah kita mulai memasukkan personalisasi dalam kurikulum kita. Untuk dapat bersaing, kita perlu memberi pembeda,atau nilai lebih. Berikutnya, kita juga perlu mengetahui, manfaat dari kurikulum yang kita desain. Jangan sampai, kita hanya mementingkan idealisme pribadi dalam penyusunannya.

Demikianlah satu semester bersama para inqurers. Semoga ke depannya selalu menginspirasi.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun