Mohon tunggu...
dhiah aryasih
dhiah aryasih Mohon Tunggu... -

A little celebration of freedom. Twitter : @dhiaryasih

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Passion untuk Persiapkan Diri Menuju Persaingan Global

27 Maret 2015   11:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:56 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam sistem pendidikan Indonesia, pemerintah menggalakkan wajib belajar selama 12 tahun pada anak-anak. Program ini dapat dilihat memiliki tujuan untuk mencerdaskan anak bangsa, sehinnga dapat bersaing nantinya dalam persaingan global. Ironisnya, jangankan persaingan global, persaingan di dalam negeri sendiri saja sudah berlaku tidak adil. Belum semua anak di negeri ini dapat merasakan program pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah. Padahal para pemberi kerja di Indonesia sebagian besar masih melihat tingkat pendidikan sebagai syarat penerimaan.

Kita memulai pendidikan sejak usia masih sangat dini. Apalagi tren para ibu muda sekarang adalah sedini mungkin memasukkan anaknya untuk sekolah. Apakah semakin dini masuk sekolah menjamin anak menjadi lebih pintar? Apakah dengan menghabiskan banyak waktu di sekolah menjamin kita siap memulai persaingan global? Sesungguhnya apakah yang paling dibutuhkan untuk persaingan global ini?

Saat ini pendidikan dengan entrepreneurship di Indonesia tengah berkibar. Banyak institusi pendidikan menyertakan entrepreneurship ke dalam kurikulum mereka. Bagi saya sendiri, entrepreneurship merupakan aspek penting yang harus dimiliki individu dalam persiapan menuju persaingan global. Sesungguhnya entrepreneurship tidak melulu soal usaha atau bisnis. Entrepreneurship adalah spirit atau semangat. Dalam keseharian, semangat entrepreneurship ini membawa kita bersikap layaknya entrepreneur. Bagaimana bersikap entrepreneur?

Seven spirit entrepreneurship atau tujuh semangat entrepreneur adalah sikap-sikap yang perlu kita miliki untuk menjadi seorang entrepreneur. Tujuh sikap tersebut antara lain; passion, independent, market sensitivity, calculated risk taker, creative and innovative, persistent, dan high etical standard. Menurut opini saya, dengan mengembangkan ketujuh sikap ini, kita bisa menjadi seorang entrepreneur yang siap bersaing secara global.

Dalam hidup, saya rasa sangat penting untuk menemukan apa passion kita. Sebelum menemukan passion, terlebih dahulu kita butuh mengenal lebih dalam diri kita sendiri. Hal ini bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Apa yang kita sukai? Hal apa yang membuat kita bersemangat? Kegiatan apa yang paling sering kita lakukan, tetapi tidak pernah membuat kita bosan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memang sederhana, namun untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak sesederhana kelihatannya. Saya sendiri sedang dalam perjalanan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan demi menemukan passion dalam hidup. Saya memulainya dengan self awareness atau kesadaran diri. Lebih mudahnya, kita hanya butuh melatih kepekaan kita dalam menyadari hal-hal yang terjadi pada diri dan sekitar kita.

Passion menjadi hal pertama yang harus digali dan menjadi fokus pertama dalam perjalanan menjadi seorang entrepreneur karena hal itu adalah modal awal untuk meneruskan enam spirit selanjutnya. Di ujung perjalanan terdapat persistent yaitu kegigihan. Bayangkan saja apabila kita memulai perjalanan tanpa hal yang kita sukai. Tanpa semangat yang hidup dalam hidup kita, bagaimana kita bertahan bahkan dengan gigih berjalan menuju persaingan global?

Mengutip quote dari Gabrielle Bernstein, “Allow your passion to become your purpose and it will one day become your profession”. Mari mulai perjalanan untuk menemukan passion, jalankan seven spirit entrepreneurship, dan percaya dirilah untuk berlari menuju persaingan global.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun