Mohon tunggu...
Dhela Auriel
Dhela Auriel Mohon Tunggu... Karyawan Swasta & Mahasiswa -

think smart think creative be useful for each other :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kuat Liburan Non Stop, Apa Rahasianya?

9 Januari 2018   23:00 Diperbarui: 9 Januari 2018   23:02 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Akhir tahun kemarin aku menyempatkan diri untuk pulang kampung untuk bertemu sanak saudara dan teman lama di sana. Jumat sore sepulang kerja aku berangkat dari kantor menuju stasiun Pasar Senen dengan menggunakan ojek online. Sekitar Jam 4 Sore kereta mulai berangkat menuju kampung halaman tercintaku, Lamongan. Perjalanan di kereta memakan waktu 11 Jam banyak kuhabiskan untuk tidur dan bermain handphone. Sesekali saat punggung dan kaki merasa pegal aku ke toilet di kereta untuk mengoleskan pengusir pegal andalan keluarga kami selama ini, Balsem Geliga Krim. Sore berganti malam, kereta mulai bergerak mendekati kota Semarang, disini banyak penumpang turun dan naik. Untungnya, kursi sebelahku sudah tidak terisi lagi, tak menyia-nyiakan kesempatan ini aku pun akhirnya bisa tidur walau harus melipat kaki. Setidaknya punggung ini bisa diistirahatkan sejenak.

tiket berangkat
tiket berangkat
Dini hari pukul 02:00 pagi kereta telah sampai di stasiun Lamongan, dengan nyawa yang masih terkumpul separuh, aku berjalan turun dari kereta menuju pintu keluar. Setibanya di pintu keluar, abah sudah menyambut dengan senyuman khasnya. Kami pun menuju kendaraan yang diparkir di halaman stasiun, tak ku sangka ibuk pun ikut menjemputku. Langsung kupeluk ibuku yang sudah berbulan-bulan lamanya tidak  saya jumpai. Perjalanan menuju rumah dihabiskan dengan senda gurau khas keluarga kami hingga tiba di pelataran rumah. Setelah membereskan barang dan juga cuci muka, kami pun bersiap-siap untuk tidur sejenak sebelum subuh menjelang.

Baru saja tidur sejam abah dan ibuk membangunkanku untuk sholat subuh, usai sholat aku pun bersiap -- siap karena siang nanti hendak pergi ke pulau Madura untuk menemui temanku yang baru saja lahiran. Usai membeli makan pagi, nasi pecel khas desaku yang harganya hanya tiga ribuan aku pun mandi dan langsung berangkat menuju kota untuk mencari bis ke arah terminal bungurasih Surabaya. Sebenarnya orang tuaku berat mengijinkanku ke Madura karena perjalanannya saja bisa memakan waktu 7 jam lebih dan juga aku baru saja sampai di rumah beberapa jam yang lalu.

Namun karena memang aku sudah berjanji pada temanku maka aku pun tetap berangkat ke titik temu dengan temanku yang lain di terminal bungurasih. Jam 12 siang aku sampai di Bungurasih, disana sudah ada satu temanku yang sampai. Kami masih menunggu satu teman lagi dari Gresik karena dia masih terjebak macet dan motornya mogok. Jam menunjukan pukul 02.00 siang saat dia datang sambil menggerutu, perjalanan yang biasanya hanya satu jam gresik -- Surabaya sekarang molor hingga dua jam. Kami pun hanya bisa menertawakannya, dan langsung mengajaknya untuk buru-buru masuk ke dalam bis.

Sepanjang jalan kami tidak tenang dan selalu melihat mapskarena hingga sore hari kami belum sampai. Ternyata di tengah perjalanan sedang ada perbaikan jembatan yang mengakibatkan jalur hanya dibuka satu arah. Teman-temanku mulai mengeluh pegal dan kesemutan, untungnya aku masih menyimpan balsem geliga krim simpan di dalam tasku dan langsung saja ku pinjamkan ke mereka.

tiket bus patas surabaya - madura
tiket bus patas surabaya - madura

Isya' pun berkumandang, akhirnya kami menginjakkan kaki di kabupaten Sumenep. Usai mandi dan makan akhirnya kami bisa bermain dengan anak teman kami. Dulu saat kami masih kuliah, dia pernah bercanda bahwa saat punya anak nanti akan dinamai owly karena dia sangat suka dengan boneka burung hantu. Kami pun meledeknya dan memanggil anaknya dengan sebutan owly alih -- alih nama aslinya. Puas bercanda dengan anak temanku, kami pun bersiap tidur agar esok hari bisa jalan -- jalan di Sumenep.

Entah kenapa pagi itu aku bangun dengan penuh semangat, kami pun bersepeda motor menuju pusat kuliner sumenep di pagi hari untuk sarapan, mungkin karena lapar hehe. Setelah itu, kami sempatkan foto-foto sejenak di depan Masjid Agung Sumenep. Sayang cahayanya sedang kurang bagus karena backlight sehingga hasil fotonya pun jelek. Tak puas dengan itu saja, kami pun langsung menuju Pantai Lombang masih dengan menggunakan sepeda motor. Benar-benar kumpulan cewek tangguh kami ini *lol*.

selfie di pantai
selfie di pantai

Perjalanan jauh dan melelahkan pun akhirnya terbayarkan dengan pemandangan indah dari Pantai Lombang yang sangat memukau mata. Sungguh nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan. Saking asyiknya kami berfoto ria di Pantai sampai-sampai kami ketinggalan bus Patas terakhir di terminal sumenep. Mau tidak mau saat kami pulang kami harus menaiki bis ekonomi yang kursinya lebih sempit dari bus patas sebelumnya. Jam delapan malam kami baru tiba di terminal bungurasih kembali, sungguh sangat molor dari perkiraan kami sebelumnya. Kami pun berlari lari menuju pemberhentian bis arah lamongan, karena temanku mau ikut menginap di rumahku. Ternyata bisnya masih kosong, sehingga kami harus menunggu lama hingga bis penuh oleh penumpang. Alhasil jam 11 malam kami baru sampai di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun