Jujur sebenarnya aku tak menginginkan jika harus jauh dan membina LDR (Long Distance Relationship) dengan Andhita. Berjuta kata pun hadir seperti pertempuran hati yang berkecamuk di dalam diri. Bagaimanapun aku harus terlihat tenang. Namun sisi kebijaksanaanku harus hadir atau terpaksa dihadirkan menghadapi hal seperti ini.Â
Dibalik sorot matanya, ku perhatikan Andhita menyimpan banyak pengharapan dari tindakan yang di buat Ayahandanya ini. Demi masa depannya, akhirnya memilih setuju dan menjalani masa LDR bersama Andhita selama masa studinya.
Langit kala itu pun tampak mendung seperti hati ini yang tengah menahan keharuan. Beribu - ribu bayang tentang apa yang akan terjadi berseliweran hadir di pikiran. Berkali - kali ku pandang kedua mata Andhita yang berbinar, berkaca - kaca berusaha membendung air mata keharuan dan bayangan akan perpisahan yang lama.
Sewindu sejak saat itupun berlalu. Kami memutuskan untuk berjuang menahan rindu di jarak yang jauh. Demi menjaga harga diriku sebagai lelaki yang kuat lagi tegar, terpaksa ku relakan dia menempuh jenjang yang lebih baik. Akal sehatku berkata, "Toh ini juga pada akhirnya akan berbuah manis di waktu - waktu selanjutnya."