Mohon tunggu...
danang kristianto
danang kristianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang biasa yang hobi membaca dan menulis.

freelancer, menatap dunia lebih apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah dan Hikmah di Balik Shalat Idhul Adha Serta Ibadah Qurban

11 Agustus 2019   00:46 Diperbarui: 11 Agustus 2019   00:46 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Sesungguhnya pada kisah - kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang - orang yang mempunyai akal. Al quran itu bukanlah cerita yang dibuat - buat, akan tetapi membenarkan (kitab - kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf (12) : 111)"

Shalat idhul adha dan Ibadah Qurban yang kita laksanakan pada hakikatnya merupakan syariat Islam yang menghubungkan umat Muhammad SAW dengan umat Nabi Ibrahim a.s. Ibadah qurban dan haji adalah dua rangkaian ibadah yang merupakan napak tilas perjuangan dan keteguhan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan dan mematuhi perintah Allah. Qurban bukanlah hanya merupakan rangkaian seremonial, tetapi ibadah yang sarat dengan hikmah, nilai - nilai spiritual, sosial dan kemanusiaan. Hikmah tersebut dapat diraih dengan memahami secara mendalam, melakukan rekonstruksi historis dan interprestasi kontekstual perjalanan hidup Nabi Ibrahim a.s dan keluarganya.

Sebagaimana kita pahami bahwa kata Qurban berasal dari kata qarraba, yuqarribu, qurbanan yang berarti pendekatan diri. Sedang menurut istilah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mengeluarkan sebagian nikmat yang dikaruniakan Allah kepada orang - orang yang membutuhkan, atau dapat juga mematuhi dengan segala perintah Allah dan menjauhi larangan - larangannnya.

Qurban merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT sebagaimana firmannya dalam Al-Qur'an surat Al - kautsar ayat 1-3 : "Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus."

Ayat ini menjelaskan adanya keterkaitan antara perintah shalat dengan perintah qurban yang menunjukan bahwa perintah qurban sangat ditekankan di dalam Islam. Ini merupakan suatu hal yang logis, karena menurut ajaran Islam misi hidup adalah pengabdian serta pendekatan diri pada Allah semata. Sebagaiman firmannya : 

"Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mengabdi kepada-Ku." (Qs Adz - Dzariat : 56).

Hidup yang bermakna di sisi Allah SWT adalah hidup yang tidak pernah sunyi dari pengabdian dan pendekatan diri kepada-Nya.

Selanjutnya, hendaklah kita sadari sepenuh hati bahwa kehidupan yang kosong dari semnagat pengabdian dan berqurban, akan diisi oleh kekerasan dan kenekatan yang akan menimbulkan kezaliman.

Telah nampak dihadapan kita perkembangan kejahatan yang semakin berani, seperti suap menyuap, korupsi, kolusi , perjudian, perzinaan, kesewenang - wenangan, kebringasan, perampokan, sampai pembunuhan.

Krisis semacam ini telah dibarengi oleh suburnya pola hidup Liberalisme, Sekularisme, Kapitalisme, Hedonistik, dan plutokratis - ingin menguasai karena status kekayaan - yang menyebabkan tersingkirnya rasa kebersamaan, rasa kesetiakawanan sosial dan rasa kemanusiaan.

Seperti halnya ibadah shalat yang mampu mencegah prilaku kotor dan munkar, atau puasa yang dapat mengungkap kesadaran tenggang rasa, ibadah haji paling tidak dapat mencerminkan semangat persaudaraan yang kuat dan kokoh tanpa mengenal ras, suku, bangsa, drajat, pangkat, status sosial, dan lain - lain.

Demikian juga halnya dengan ibadah qurban, di samping nilai spiritualnya, ibadah qurban memiliki nilai - nilai sosial kemanusiaan yang luhur. Diantara nilai - nilai tersebut,

Pertama, qurban mengajarkan pada kita untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus, serakah, dan kikir. qurban mendidik kita untuk peduli dan mengasah sikap sosial. Sebab, seseorang tidak pantas kenyang dan kaya sendirian sementara banyak tetangganya, masyarakat di sekitarnya, di lingkungannya, bahkan di negerinya yang sangat membutuhkan bantuan dan uluran tangan.

Kedua, Secara simbolis qurban mendidik kita untuk membunuh sifat - sifat kebinatangan sebagaimana di sampaikan yang benar di atas. Diantara sifat - sifat kebinatangan yang harus kita kubur yaitu sikap mau menang sendiri, egois, berbuat sesuatu dengan kendali nafsu, dan lain - lain. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surat At-Tin, bahwa manusia adalah makhluk paling mulia, akan tetapi jika tingkah lakunya tidak didasari iman dan amal shaleh, maka manusia akan jatuh martabatnya hingga lebih hina dari binatang (Lihat juga Qs.Al-A'raf : 179)

Ketiga, Qurban mengingatkan kita agar selalu menjunjung tinggi nlai - nilai, harkat, dan martabat kemanusiaan. Digantinya Ismail a.s dengan domba menyadarkan kita bahwa mengorbankan manusia di atas altar adalah perbuatan yang dilarang Allah. Ibadah yang kita laksanakan harus menjunjung tinggi dan menghormati hak - hak manusia.

Bahkan hewan qurban yang akan disembelih pun harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Karena itulah, perbuatan semena - mena, keji, kejam, dan munkar sangat dilarang oleh Islam, membunuh sesama manusia tanpa dasar yang benar sama nilainya dengan membunuh seluruh umat manusia. (Qs. Al-Maidah : 32) oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa : barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan - akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah - olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul - rasul kami dengan (membawa) keterangan - keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh - sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

Dari sini dapat kita pahami bahwa kehormatan dan harga diri seseorang tidak ditentukan oleh milyaran harta yang dimiliki, tidak pula gelar, pangkat, dan jabatan yang disandang. Harkat dan martabat seseorang sangat ditentukan oleh pengabdian dan pengorbanan pada Allah.

Semoga artikel ini bermanfaat serta menambah ilmu dan hidayah bagi kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun