"Sesungguhnya pada kisah - kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang - orang yang mempunyai akal. Al quran itu bukanlah cerita yang dibuat - buat, akan tetapi membenarkan (kitab - kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf (12) : 111)"
Shalat idhul adha dan Ibadah Qurban yang kita laksanakan pada hakikatnya merupakan syariat Islam yang menghubungkan umat Muhammad SAW dengan umat Nabi Ibrahim a.s. Ibadah qurban dan haji adalah dua rangkaian ibadah yang merupakan napak tilas perjuangan dan keteguhan Nabi Ibrahim dalam melaksanakan dan mematuhi perintah Allah. Qurban bukanlah hanya merupakan rangkaian seremonial, tetapi ibadah yang sarat dengan hikmah, nilai - nilai spiritual, sosial dan kemanusiaan. Hikmah tersebut dapat diraih dengan memahami secara mendalam, melakukan rekonstruksi historis dan interprestasi kontekstual perjalanan hidup Nabi Ibrahim a.s dan keluarganya.
Sebagaimana kita pahami bahwa kata Qurban berasal dari kata qarraba, yuqarribu, qurbanan yang berarti pendekatan diri. Sedang menurut istilah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mengeluarkan sebagian nikmat yang dikaruniakan Allah kepada orang - orang yang membutuhkan, atau dapat juga mematuhi dengan segala perintah Allah dan menjauhi larangan - larangannnya.
Qurban merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT sebagaimana firmannya dalam Al-Qur'an surat Al - kautsar ayat 1-3 : "Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus."
Ayat ini menjelaskan adanya keterkaitan antara perintah shalat dengan perintah qurban yang menunjukan bahwa perintah qurban sangat ditekankan di dalam Islam. Ini merupakan suatu hal yang logis, karena menurut ajaran Islam misi hidup adalah pengabdian serta pendekatan diri pada Allah semata. Sebagaiman firmannya :Â
"Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mengabdi kepada-Ku."Â (Qs Adz - Dzariat : 56).
Hidup yang bermakna di sisi Allah SWT adalah hidup yang tidak pernah sunyi dari pengabdian dan pendekatan diri kepada-Nya.
Selanjutnya, hendaklah kita sadari sepenuh hati bahwa kehidupan yang kosong dari semnagat pengabdian dan berqurban, akan diisi oleh kekerasan dan kenekatan yang akan menimbulkan kezaliman.
Telah nampak dihadapan kita perkembangan kejahatan yang semakin berani, seperti suap menyuap, korupsi, kolusi , perjudian, perzinaan, kesewenang - wenangan, kebringasan, perampokan, sampai pembunuhan.
Krisis semacam ini telah dibarengi oleh suburnya pola hidup Liberalisme, Sekularisme, Kapitalisme, Hedonistik, dan plutokratis - ingin menguasai karena status kekayaan - yang menyebabkan tersingkirnya rasa kebersamaan, rasa kesetiakawanan sosial dan rasa kemanusiaan.
Seperti halnya ibadah shalat yang mampu mencegah prilaku kotor dan munkar, atau puasa yang dapat mengungkap kesadaran tenggang rasa, ibadah haji paling tidak dapat mencerminkan semangat persaudaraan yang kuat dan kokoh tanpa mengenal ras, suku, bangsa, drajat, pangkat, status sosial, dan lain - lain.