Mohon tunggu...
Dhea Kartika
Dhea Kartika Mohon Tunggu... Universitas Pendidikan Indonesia

Business Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Era Digital Dengan Membangun Generasi Yang Cerdas Teknologi.

15 Januari 2025   10:17 Diperbarui: 15 Januari 2025   10:49 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rabu, 15 Januari 2025, saya Dhea Kartika Aprilliyanti sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bisnis, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperbaiki nilai, saya diberi kesempatan oleh Prof. Dr. B Lena Nuryanti Sastradinata, Se., M.Pd. untuk membuat artikel materi tentang "Permasalahan Pendidikan" saat ini yang berjudul "Pendidikan Era Digital Dengan Membangun Generasi Yang Cerdas Teknologi".

Materi ini saya susun dengan sungguh-sungguh, berfokus pada permasalahan pendidikan yang relevan dengan dunia pendidikan saat ini. Tugas ini tidak hanya menjadi bagian dari evaluasi akademik, tetapi juga sebagai proses pembelajaran yang memperkaya pemahaman saya. Saya berharap, melalui tulisan ini, pembaca dapat memperoleh wawasan baru dan terinspirasi untuk mendalami lebih jauh konsep manajemen bisnis syariah.

Pendidikan adalah pilar utama dalam menciptakan masyarakat yang berdaya saing dan berbudaya tinggi. Namun, seiring kemajuan teknologi, sistem pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Era digital membawa peluang besar, tetapi juga memperkenalkan risiko yang harus ditangani secara bijak. Artikel ini akan membahas tantangan utama pendidikan di era digital, dampaknya terhadap guru dan siswa, peluang dan risikonya, serta solusi yang dapat diambil untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan adaptif.

Mengapa Literasi Digital Itu Penting? 

Literasi digital menjadi kemampuan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap individu di era modern. Ini bukan sekadar keterampilan teknis menggunakan perangkat seperti komputer atau ponsel, tetapi mencakup pemahaman bagaimana mengakses, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara bijak. 

Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2023, 78% masyarakat Indonesia memiliki akses internet. Namun, ada kesenjangan signifikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di wilayah pedesaan, hanya 52% masyarakat yang dapat mengakses internet secara konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. 

Selain itu, rendahnya pemahaman terhadap literasi digital membuat siswa rentan terhadap hoaks dan informasi yang tidak valid. Sebuah studi dari UNESCO (2022) menemukan bahwa 45% siswa di Indonesia kesulitan membedakan antara fakta dan opini saat membaca informasi daring. Situasi ini dapat menghambat pembentukan generasi yang kritis dan mandiri.

Guru sebagai Kunci Sukses Digitalisasi Pendidikan.

Di era digital, peran guru tidak lagi terbatas pada penyampai informasi. Guru kini menjadi fasilitator yang membantu siswa memahami informasi secara mandiri, serta mengintegrasikan teknologi ke dalam proses belajar. Namun, banyak guru yang merasa belum siap menghadapi tuntutan ini.

Menurut laporan Kemendikbudristek (2023), hanya 60% guru di Indonesia yang merasa percaya diri menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Banyak dari mereka mengalami keterbatasan dalam hal pelatihan teknologi, khususnya di daerah terpencil. Padahal, teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan jika digunakan dengan tepat.

Selain itu, minimnya infrastruktur teknologi di sekolah, seperti akses internet, perangkat keras, dan perangkat lunak, juga menjadi penghambat. Dalam survei nasional yang dilakukan pada tahun 2022, hanya 35% sekolah di Indonesia yang memiliki fasilitas laboratorium komputer yang memadai.

Peluang dan Risiko Teknologi dalam Pendidikan.

Peluang:

  • Akses belajar yang lebih luas yaitu dengan platform pembelajaran daring seperti Google Classroom, Ruangguru, dan Edmodo, siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja.
  • Personalisasi pembelajaran dengan teknologi yang memungkinkan siswa belajar sesuai dengan gaya dan kecepatan mereka sendiri. Aplikasi adaptif juga dapat memberikan rekomendasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu.
  • Kolaborasi global pada siswa yang dapat terhubung dengan teman sebaya dari berbagai belahan dunia, membuka wawasan mereka tentang budaya dan perspektif yang berbeda.

Risiko:

  • Ketergantungan pada teknologi pada siswa akan cenderung kehilangan keterampilan dasar seperti menulis tangan dan berpikir kritis jika terlalu bergantung pada perangkat elektronik.
  • Paparan konten negatif jika tanpa bimbingan, siswa dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak sesuai usia atau budaya mereka.
  • Kesenjangan sosial pada siswa dari keluarga kurang mampu mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap teknologi, memperbesar kesenjangan pendidikan.
  • Ketergantungan pada teknologi pada siswa akan cenderung kehilangan keterampilan dasar seperti menulis tangan dan berpikir kritis jika terlalu bergantung pada perangkat elektronik.
  • Paparan konten negatif jika tanpa bimbingan, siswa dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak sesuai usia atau budaya mereka.
  • Kesenjangan sosial pada siswa dari keluarga kurang mampu mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap teknologi, memperbesar kesenjangan pendidikan.

Solusi untuk Pendidikan yang Berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun