Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Emping Melinjo, Antara Nikmat dan Asam Urat

21 Juni 2019   17:52 Diperbarui: 24 Juni 2019   16:00 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjemur emping melinjo (Dokumentasi pribadi)

Siang itu saya berkunjung di salah satu rumah kepala suku di Pulau Enggano. Dalam obrolan di rumah panggung, beliau nampak bersemangat menjelaskan tentang sejarah orang-orang Enggano pada masa lalu. 

Singkat kata, saya berpamitan dan meminta beliau foto bareng di depan rumah. "Anak muda, bantu saya turun. Lutut saya sakit gara-gara kebanyakan makan emping melinjo", saya mau tertawa tapi takut dosa, "Ayo Tuk saya bantu, sudah tau asam urat masih nekat", kata saya, "enak" jawab dia sambil terkekeh.

Botani  Melinjo

Pulau Enggano sebagai salah satu pulai terdepan di Indonesia memiliki sumber kekayaan alam yakni melinjo (Gnetum gnemon) yang melimpah. Hampir setiap rumah penduduk di Enggano memiliki pohon melinjo. Kaum perempuan, sudah pasti tahu bagaimana mengolah biji melinjo sebagai emping yang kadang membuat terlena bagi yang memakannya.

Melinjo Enggano yang sudah matang (Dokumentasi pribadi)
Melinjo Enggano yang sudah matang (Dokumentasi pribadi)
Secara botani, melinjo termasuk gymnospermae (yunani gymnos-telanjang, dan spermae-biji) atau tumbuhan berbiji terbuka. Sepintas, yang dikatakan buah sebenarnya adalah biji yang dibungkus oleh kulit biji. 

Di dunia ada 7 tumbuhan gymnospermae dan 3 di antaranya sudah punah yakni: Bennetophyta, Cordaitophyta, Pteridospermophyta, sedang 3 sisanya masih ada saat ini yakni: Pinophyta, Ginkgophyta, Cycadophyta, Gnetophyta. Melinjo termasuk dalam divisi Gnetophyta.

Sebagai tumbuhan purba yang masih ada sampai saat ini, melinjo memiliki beragam manfaat. Pohonnya sebagai peneduh sekaligus pembatas lahan, batangnya digunakan sebagai bahan bangunan, kulit batang digunakan sebagai tali, daun mudanya digunakan sebagai sayur, dan bijinya digunakan sebagai bahan pangan.

Di Enggano, melinjo mendapat tempat tersendiri karena tanaman ini sudah ada sejak dulu kala. Jika ditelusur sejara melinjo, maka tanaman ini berasal dari Asia tropik, Melanesia, dan Pasifik Barat. Persebaran melinjo yang luas ini maka akan menciptakan karakteristiknya masing-masing karena adaptasi terhadap lingkungan.

Pada tahun 2015, LIPI meneliti tentang melinjo di Enggano. Melinjo Enggano dianggap sebagai plasma nuftah yang harus dilestarikan, karena memiliki ciri khas berbuah besar dan rasanya tidak pahit. 

Melinjo jenis ini kemungkinan dari jenis melinjo yang tumbuh liar di hutan karena ditemukan di hutan pamah (dataran rendah). Hingga saat ini, melinjo inilah yang banyak tumbuh dipekarangan penduduk.

Mengolah Melinjo

Siang itu saya mengunjung desa Banjar Sari yang terletak paling ujung sisi barat laut. Hampir 17 km saya mengendari sepeda motor untuk melihat pohon-pohon melinjo atau masyarakat setempat dengan sebutan bago. Di sebuah rumah papan, saya melihat seorang ibu dan dua anaknya sedang mengolah melinjo menjadi emping.

Mengolah melinjo menjadi emping (Dokumentasi pribadi)
Mengolah melinjo menjadi emping (Dokumentasi pribadi)
Biji melinjo yang sudah tua ditandai dengan warna merah pada kulitnya dipetik. Biji-biji tersebut kemudian dibenamkan dalam pasir halus yang sudah dipanaskan dalam periuk. 

Biji akan dioven dalam pasir panas hingga kulitnya berubah warna menjadi kehitaman. Dengan serok lalau diambilah melinjo yang sudah hangus tersebut sehingga terpisah dari pasir panas.

Di atas talenan dari batu, biji melinjo dipukul hingga terbuka kulit cangkangnya. Biji bagian dalam diambil lalu diletakab di atas plastik hitam kemudian dihantam dengan palu besi dengan ujung tumpul dan rata. Dalam sekali pukul melinjo berubah bentuk menjadi lembaran. Posisi pemipihan melinjo dibuat seragam agar memudahkan dalam menata. Setelah plastik hitam penuh dengan lembaran melinjo kemudian dilakukan penjemuran.

Menjemur emping melinjo (Dokumentasi pribadi)
Menjemur emping melinjo (Dokumentasi pribadi)
Penggunaan plastik hitam bertujuan untuk menyerap panas matahari. Dengan demikian pengeringan akan lebih cepat. Jika matahari bersinar dengan terik makan dalam sehari sudah bisa kering. Normalnya butuh 2 hari pengeringan. Tujuan pengeringan adalah agar nanti saat disimpan melinjo tidak mudah berjamur dan saat digoreng bisa mengembang dengan baik.

Sesaat saya bertanya, berapa harga melinjo perkilogramnya. Biji melinjo dihargai Rp 12.000,00, sedangkan melinjo yang sudah diolah memiliki harga jual Rp 40.000,00 - 60.000,00 tergantung kualitasnya juga. Masyarakat kini hanya dari samping rumah, teras rumah, dan halaman rumah bisa mencetak uang dari biji melinjo.

Melinjo dan Asam Urat

Semenjak kejadian dengan kepala suku lantas bertanya, "Benarkah emping menjadi penyebab asam urat?" Saya bertanya pada seorang peneliti, apakah benar melinjo biangkeladi asam urat, sehingga kadang ditakuti oleh mereka yang menderita asam urat.

Asam urat disebabkan oleh gangguan metabolisme tubuh, di mana ginjal tidak bisa mengeluarkan asam urat dari dalam tubuh. Asam urat terbentuk dari sintesis purin (salah satu jenis protein) dan melinjo adalah salah satu penghasil purin yang tinggi. 

Penyakit asam urat adalah meningkatnya konsentrasu asam urat dalam darah disebut dengan hiperurisemia. Hiperurisemia akut akan menyebabkan penumpukan kristal asam urat dipersendian, sehingga akan menyebakkan sakit sendi dan itulah penyakit asam urat.

Hiperurisemia adalah penyakit genetik dan diturunkan, namun juga disebabkan oleh pola makan yang kurang baik yakni konsumsi purin dan gula yang tinggi. Hiperurisemia akan lebih parah jika diiringi dengan konsumsi alkohol, obesitas, dan kurangnya olah raga dan kurangnya asupan air putih.

Terus bagaimana sebaiknya makan emping melinjo yang aman? "Silakan tetap makan tetapi dengan jumlah yang terbatas, imbangi dengan konsumsi air putih, dan olah raga" kata teman saya. Tahu-tahu setoples sudah berkurang separo dan bergegas ambil air putih, "yuk lari-lari".


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun