Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Selamatkan Air dari Asalnya

28 April 2015   12:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:36 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430200169365942134

[caption id="attachment_413296" align="aligncenter" width="600" caption="Sejak dini menanmkan cinta lingkungan untuk menyelamatkan air salah satunya dengan reboisasi (dok.pri)."][/caption]

Suatu saat ada perdebatan yang sengit antara orang lingkungan hidup dan pekerjaan umum. Entah dari mana awal pembicaraan hingga terjadi silang pendapat diantara keduanya. "air harus ditampung dan diserap oleh tanah secara pelan untuk meningkatkan cadangan air tanah" kata orang lingkungan hidup. Orang pekerjaan umum menimpali "air harus segera secepatnya dialirkan dan dibuang dalam saluran agar tidak menggenang singga tidak merusak". Entahlah yang pasti arsitek rumah pernah adu debat dengan pemborong rumah saat minta kolam ikan tepat disamping tiang utama.

Alhasil perdebatan muncul juga diantara para pendaki gunung yang pagi itu ramai-ramai reboisasi. Masing-masing pendaki membawa 20-30 bibit dalam pot untuk dibawa ke lereng gunung Merbabu. Sebagai kawasan tangkapan air, Gunung Merbabu harus kembali diremajakan tumbuhannya usai terjadi kebakaran hebat beberapa waktu yang lalu. Salah satu upaya menyelamatkan lingkungan dari erosi, ketersediaan air tanah, pemanasan global dan kelestarian ekosistem adalah dengan reboisasi.

Setelah berjalan sekitar 2-3 jam, para pendaki yang membawa bibit sudah berkumpul di area yang hendak ditanami. Kembali mereka berdebat tentang titik-titik mana saja yang hendak ditanami. Lokasi paling mudah ditami adalah yang terletak di jalur pendakian, sedangkan sisanya adalah lokasi yang tidak mudah. "kalau nanam disitu mah gampang, orang sunat juga bisa, ntuh tebing dan lereng juga ditanemi biar ngga gundul dan longsor".

Namanya orang dilapangan, beragam karakter berikut dengan masalahnya. Kini yang tertinggal dan belum terjamah adalah lereng dan tebing yang terjal, yang seharusnya menjadi perhatian utama. lereng yang gundul sangat memudahkan terkena aliran permukaan yang menyebabkan erosi. Permasalahan selanjutnya adalah siapa yang berani menanam di sana, jatuh bisa menjadi kiki (makanan dari kulit sapi). Akhirnya ada yang memberanikan diri untuk menanam dilerengdan tebing yang terjal. Dengan tali pengaman dia mulai memasukan perakaran tumbuhan dalam tanah yang sebelumnya sudah digalinya. Perdebatan usai manakala semua pekerjaan usai.

Upaya penyelamatan air tidak sedikit yang mengalami pro dan kontra yang kadang berujung perdebatan dan tidak dilakukan. Perdebatan hanyalan masalah sudut pandang, tetapi masalah harus diselesaikan dengan beragam sudut pandang juga tentunya. Air sebagai kebutuhan yang vital harus benar-benar di jaga, salah satunya adalah menjaga kawasan tangkapan air. Kawasan ini bertuga menangkap air hujan, menyerapnya lalu menyimpannya dalam sungai-sungai bawah tanah dan di alirkan kebawah. Bagaiamana jika area tangkapan ini bermasalah, tentu saja akan mengganggu deposit air tanah dibawah sana. Gunung, lereng, bukit sebagai kawasan penangkap air harus mendapat perhatian ekstra dan tidak kalah dengan area kota atau desa yang tinggal memakai jasa penangkap air. Siapa yang berperan, tentu saja semua pihak yang terkait terutama yang memakai air.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun