Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Junior: Jangan Ada Lagi Senior Kebablasan di Sekolah

1 Agustus 2021   23:37 Diperbarui: 1 Agustus 2021   23:45 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warisan senior kebablasan. Sumber gambar https:// majalah ketik.com

Sebagai seorang guru yang diberikan tugas tambahan sebagai wali kelas,tentunya haruslah memiliki kedekatan emosi dengan siswa yang diasuhnya. Minimal mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi anak didiknya.

Suatu masa, pernah kejadian seorang siswa saya tidak mau masuk sekolah. Setelah saya selidiki ternyata disebabkan oleh bully an kakak - kakak kelasnya atau seniornya. Si korban(anak junior) mengaku tidak tahu pasti apa yang menyebabkan kakak senior melakukan hal itu padanya.

Mulai dari nyinyiran di media sosial, terus sampai disorak-soraki kalau jalan lewat lapangan, bahkan yang lebih seramnya pakai acara mengancam segala.

Singkat cerita,saya harus turun tangan menyelesaikan persoalan itu juga. Dan setelah bermediasi dengan pihak keluarga si korban, si anak tetap keukeuh mau pindah sekolah pas kenaikan kelas.

Istilah senioritas tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pasalnya istilah itu selalu menjadi trending topik pembahasan masyarakat akibat  sering ditemukannya kasus di kalangan anak-anak,remaja bahkan dewasa. Contoh kasus yang biasa adalah seperti contoh diatas tadi : bullying.

Di instansi pendidikan juga tak dapat dipungkiri sering terjadi kasus bullying karena kakak senior. Apalagi di sekolah SMK kejuruan tekonologi yang notabene di dominasi kaum siswa lelaki.

Kakak kelas (senior) sering menindas adik kelas nya (junior). Akhirnya si junior selalu berusaha menghindar dari 'penyakit' senior ini.

Menurut KKBI, senior adalah keadaan yang lebih tinggi dalam pangkat,pengalaman dan juga usia. 

Asas senioritas sebenarnya diterapkan dalam dunia militer. Dimana setiap bawahan pasti harus selalu patuh pada perintah seniornya(komandannya). 

Asas inilah yang dicopi paste anak anak sekolah secara kebablasan. Berawal dari perasaan paling hebat, perlakuan sok jago dan berkuasa bak raja disekolah. Sehingga perlakuannya menjadi bias terhadap adik kelas (juniornya). Dan biasanya perlakuan itu berakhir menjadi bullying terhadapa juniornya. Auranya semakin mengakar kuat dalam tindakannya. Senioritas kebablasan pun menjadi kebiasaan yang turun-temurun.

Kasus- kasus yang terjadi disekolah terkait dengan senioritas ini,tentunya harus dicarikan solusi terbaik oleh semua pihak. Sehingga kasus nya dapat lah diminimalisir dan kalau bisa tidak akan terjadi lagi.

Berikut ini  cara - cara yang kami lakukan disekolah untuk mengatasi "penyakit" senioritas ini ;

Pertama, Sekolah menerapkan aturan dan tata cara yang jelas serta terukur tentang senioritas dan bullying

Hal ini menjadi yang terutama dikerjakan. Aturan haruslah terukur dan telah disepakati oelh guru,orangtua dan siswa. Sehingga memprises masalah nya pun jelas solusinya dan juga terbuka. Junior pun merasa aman,senior juga punya batasan dalam berbuat.

Kedua, Memaksimalkan program Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). 

Dari awal tahun ajaran,sekolah saya sudah selalau memprogramkan MPLS yang positif dengan tugas -tugas kreatif. Kakak kelas /senior ditempatkan sebagai pembimbing dan pendamping juniornya dalam mengenal lingkungan sekolah. Juga mendampingi mengeejakan tugas-tugas selama MPLS. Sekolah berusaha menciptakan iklim harmoni kekeluargaaan bukan senior adalah penguasa dan penindas.

Ketiga, Memaksimalkan kegiatan ekstrakokurikuler.

Dengan memperbanyak kegiatan positif di sekokah, tentunya mendorong anak -anak lintas angkatan untuk bekerja sama. Supaya mereka saling mengenal dan manjadi berteman. Alih -alih merasa lebih berkuasa lebih senior maupun sebagai junior dapat menyimpan dendam  karena merasa ditindas terus. 

Selama kegiatan ekstra, siswa juga di bekali juga denga penyuluhan anti bullying, serta pengenalan terhadap bahaya bullying.

Kesimpulan:

Sekolah harus konsisten menyuguhkan pendidikan karakter dan moral value. Supaya siswa akan lebih menyadari harkat dan kodrat setiap manusia. Dan lebih mengedepankan kepentingan bersama dalam balutan kekeluargaan.  Ini menjadi cambuk kuat untuk meninggalkan perilaku bullying.

Sekian dan semoga bermamfaat.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun