Geografi dan topografi Bali mengungkapkan keberadaan komunitas Bali Aga yang menetap di wilayah pegunungan. Masyarakat ini bertahan hidup dengan memanfaatkan sumber daya lokal, meskipun jumlahnya terbatas. Penelitian berfokus pada Desa Pedawa, di mana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani cengkeh dan produsen gula aren. Dalam menjalankan aktivitas ekonomi, mereka mengadopsi catur dresta sebagai aturan main sekaligus mekanisme pertahanan diri dalam berekonomi, yang mencakup empat aspek:
Sastra dresta (nilai agama Hindu) yang tercermin dalam ajaran Karma Yoga.
Kuna dresta (nilai budaya) yang diwujudkan dalam upacara Saba Malunin.
Loka dresta (pandangan hidup bersama sebagai entitas Bali Aga).
Desa dresta (aturan terkait pengelolaan tanah pertanian).
Hasil penelitian menunjukkan, nilai sumber daya alam, inovasi, dan ketahanan ekonomi merupakan aspek material, sedangkan catur dresta berfungsi sebagai aspek moral yang memperkuat mekanisme ekonomi tersebut. Catur dresta memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi 58 petani pemilik dan 52 petani penelon (penyakap) dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menawarkan konsep ketahanan ekonomi berpola budaya sebagai integrasi antara pembangunan material dan moral.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran dengan strategi terpadu. Analisis kuantitatif menjadi metode utama dengan pendekatan Structural Equation Modeling-Partial Least Squares (SEM-PLS) multigrup, didukung oleh analisis data kualitatif. Penelitian menghasilkan dua kontribusi utama:
Kontribusi terhadap teori:
a. Nilai sumber daya alam berperan dalam menciptakan kesejahteraan.
b. Catur dresta menjadi pedoman dalam keteraturan ekonomi.
c. Ketahanan ekonomi berbasis budaya menciptakan mekanisme pertahanan diri.
Kontribusi terhadap penelitian sebelumnya:
Memperkuat peran catur dresta sebagai strategi perlindungan diri dalam menghadapi keterbatasan sumber daya.
Beberapa temuan utama dari penelitian ini adalah: